22.1.12

Karya  Akmal M Roem

Cut Maneh, perempuan senja di bibir jendela
Dibalut asa dan keresahan
Sepi dan sunyi sekali

Terlalu pedih hidup yang ia rasa
Berusaha membuang ingatan
Tentang masa silam yang begitu menyesakkan
Seresa masih di sini

Tatapan mata yang kosong
Seolah memberi arti tentang waktu
yang telah lewat begitu saja
; ketika di ingat, seperti baru kemarin suaminya mati

Sudah hampir tujuh tahun ia dikepung gelisah

Waktu memang demikian
Senang hati, yang melupakan semuanya
Gelisah hati, datang kita jadi ingat kembali
Bahwa waktu itu singkat sekali

Ada yang datang kembali, kini
tidak punya identitas jelas, sama seperti dulu
Malam yang mencekam, meninggalkan bekas luka
Antara waktu yang diingat dan dilupa

Tentang waktu pula yang menjelaskan bahwa
Di tempat ini, nyawa tidak begitu berharga
Maka, matinya suami Cut Maneh bukanlah suatu
yang harus diingat oleh orang banyak
Meski ia nya menjadi gila setelah kejadian itu

Sudah hampir tujuh tahun ia menjadi bisu
Diam dan sunyi sekali
Tapi setelah mendengar kabar itu
Dalam kepedihan dan tawa yang gila
Cut Maneh berucap:
Tak ada yang lebih baik ketimbang kematian

Pulanglah ke kampungmu, pekerja
Di sini masih banyak yang harus diselesaikan
Semoga setelahnya tidak ada lagi peluru yang menembus kepala
Seperti yang didera oleh suami Cut Maneh

Banda Aceh, Januari 2012



sumber: Serambi Indonesia

22.01.12

1 comments:

Rhara Bahrie said...

Ku bergurau andai saja rayumu tak memabukkan..
Ku berharap andai saja pengkhianatan tak memenggal cinta,
dan Andai saja pilihan hati tak menikam kasih..

Aku tlah melalui sebuah lautan cinta, Pelabuhan cintamu telah kulewati..
ingin rasanya angin ini terdiam dan tak lagi meniup layarku tuk kembali padamu..
Berharap gelombang di belakang menutupi jalannya dengan berdiri tegak bagaikan sebuah gunung yang membentengiku..
dan berharap kapal cintaku terus melaju kedepan, menuju pelabuhan berikutnya..

Mereudu, 1 September 2011

(special for Byy..)