8.5.14

Siang, Rabu, 7 Mei 2014, ketika saya sedang beristirahat setelah sibuk dengan aktivitas kampus, saya mendapat kabar duka dari seorang teman di Aceh bahwa Syekh Nazim al-Haqqani telah meninggal dunia. Berita ini membuat saya berhenti berpikir dalam waktu yang cukup lama. Tekejut dan sangat tidak percaya dengan berita tersebut. Syekh Nazim memang sedang sakit.

Tapi saya yang belum bisa menerima kabar duka tersebut langsung mencari tahu kebenarannya di berbagai grup Tarekat Naqsabandi di facebook dan twitter. Dari sekian banyak grup yang saya buka, termasuk yayasan Haqqani Indonesia dan Singapura, belum ada pernyataan resmi terkait kabar duka ini.
Selang beberapa menit, sebuah pernyataan terpampang di halaman teman saya yang juga terus memantau perkembangan kesehatan sang guru. Begini tulis di facebooknya:


Assalamu'alaykum wr.wb.
Baru-baru ini kita mendengar kabar bahwa Sultan kita tercinta Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani telah berpulang ke Hadratillah.

Hal tersebut diumumkan oleh Sh.Ishaq melalui group WhatsApp dan Sh.Ishaq mengabarkan bahwa Mawlana Syekh Hisyam meminta semua orang yang berada di Rumah Sakit di Lefke untuk membaca tahlil La ilaha illAllaah atau Surat al-Ikhlash dan Surat Yasiin.

Dokter mengatakan bahwa tidak ada kemajuan terhadap kondisi Mawlana, sehingga alat-alat yang menunjang beliau akan dicabut.Tentunya kabar yang sangat berat ini kita sampaikan juga kepada murid-murid lainnya di Indonesia, walaupun belum dilakukan secara terbuka, karena masih menunggu berita resmi yang akan dikeluarkan oleh Mawlana Syekh Hisyam Kabbani.

Belakangan Sh.Omar Kabbani mengatakan bahwa Sultan belum wafat. Beliau boleh jadi dalam keadaan kritis tetapi belum wafat. Sultan masih bersama kita. Kita ingat kisah pada saat Rasulullah (s) wafat, sebagian Sahabat sangat sulit menerima kabar yang sangat berat ini, karena kecintaan dan kedekatan mereka pada Rasulullah (s). Tetapi Sayyidina Abu Bakar (r) mengatakan bahwa Rasulullah (s) adalah manusia juga yang bisa mengalami kematian.

Oleh sebab itu kami mengajak kepada seluruh murid untuk bersabar menghadapi berita ini dan menunggu pernyataan resmi yang insya Allah akan segera diberikan oleh Mawlana Syekh Hisyam Kabbani. Sementara itu, kita tetap mengadakan majelis-majelis zikir dan doa untuk Sultan al-Awliya Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani mulai malam ini.

Kekhawatiran saya sedikit mereda dan berusaha untuk tetap tenang. Semua grup yayasan Haqqani sedang mempersiapkan doa bersama untuk kesembuhan Syiekh. Saya mendapat kabar kalau di Aceh juga seperti itu. Namun kenyataannya ketika saya sedang berada di twitterland, tiba-tiba akun Haqqani Indonesia, sekitar pukul 17.40 WIB mengabari bahwa kepergian Syeik Nazim benar.

Assalamu'alaykum wr.wb.
Inna lillaahi wa inna ilayhi raji'uun me
Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani telah berpulang ke Hadratillah pada hari ini dan kabar ini kami terima pada pukul 17.35 WIB. Jenazah akan dibawa ke Masjid Salamiya di Lefkosa (Nicosia) bakda Ashar (waktu Siprus) dan selanjutnya akan dibawa ke Lefke.
Kenyatan yang harus diterima oleh semua murid. Kepergiaan yang tentu meninggalkan luka amat dalam bagi saya sendiri yang belum sama sekali pernah berjumpa dengan sang guru.

Saya baru menjadi bagian dari tarekat ini. Minggu pertama setelah pulang dari pengabdian di Kalimatan Barat, saya diajak seorang abang di kantor saya untuk mengikuti zikir bersama di Zawiyah Nurun Nabi Aceh. Singkat cerita saya mengambil bai’at pada malam minggu kedua zikir yang dipimpin oleh Tgk. Jamhuri Ramli. Bersama tarekat ini saya mengikuti berbagai kegiatan zikir bersama di beberapa tempat daerah di Aceh (selain zikir rutin malam jumat di Zawiyah dan Masjid Raya Baiturrahman).

Awalnya saya agak asing dengan kegiatan-kegiatan tarekat.  Bahkan sempat ragu untuk mengikutinya. Namun pada akhirnya saya dengan ikhlas bergabung karena satu kalimat yang sangat saya ingat yang diungkapkan guru saya bahwa “Tarekat hanya sebuah jalan. Kita yang punya kendali penuh atas diri kita untuk menuju Allah dan kecintaan kita terhadap Rasulullah,” kata guru saya.

Akhir tahun 2013, saya berkesempatan mengikuti rangkain kegiatan kunjungan Syekh Hisyam Kabbani ke Indonesia. Alhamdulillah, dengan ijin Allah saya bisa bertemu langsung dan juga dibaiat langsung oleh Syekh Hisyam. Rasa cinta saya terhadap tarekat ini semakin nyata. Banyak hal yang saya pelajari menuju kecintaan Allah dan Rasulullah dengan selalu mengutamakan nilai-nilai syariah dan hubungan antar sesama manusia.

Begitu juga yang seperti diajarkan oleh Syekh Nazim Al-Haqqani. Hal yang paling saya ingat dalam sebuah suhbatnya adalah beliau selalu mengajarkan kerendahan hati. Seorang manusia harus membersihkan hatinya. Jika hati sakit, maka anggota tubuh lainnya juga akan sakit. Hati yang baik akan membuat hidup kita menjadi lebih baik. Menjaga hati adalah awal menjaga baik diri kita sendiri.

Akhirnya keingitahuan saya soal tarekat ini pun tak terelakkan. Kemudian saya mencarinya di internet. Banyak informasi yang saya dapatkan. Baik itu soal pernyataan tentang sesatnya tarekat ini atau sebaliknya. Dari hal itu saya hanya bisa menyimpulkan bahwa, banyak orang yang salah mengartikan kegiatan tarekat. Sederhanannya, pemahanan mereka yang sesat sehingga kemudian mereka berani menyesatkan sebuah tarekat. Ini mengerikan sekali.

Tentang Syekh Nazim, ini adalah kesempatannya untuk bertemu dengan sang pencipta. Tentu kepergiannya adalah hal paling membahagiakan bagi dirinya. Selama ini, Syekh Nazim sudah sekian banyak mengeluarkan air mata kerinduan terhadap Allah dalam doa-doanya. Ia tentu menangis sedih mengharap kasih sayang dan rahmat Ilahi kepada semua pengikut Rasulullah SAW. Dan akhirnya, ketika malaikat menjemput nyawanya, Syekh mungkin orang yang paling bahagia karena segera mendapatkan ketenangan menghadap Allah, Kekasih yang sangat dirindukannya.

Syekh Nazim lahir di Larnaka, Cyprus pada tahun 1922. Syekh Nazim memiliki nama lengkap Muhammad Nazim Adil ibn al Sayyid Ahmad ibn Hasan Yashil Bash al Haqqani al Qubrusi al Salihi al Hanafi. Lahir dari keluarga beretnis Arab dengan akar budaya Tatar. Ayah beliau merupakan keturunan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, dengan ibu yang memiliki darah keturunan dari Maulana Jalaluddin ar-Ruumi. Nasab itu menjadikan Syekh Nazim merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW dari sisi ayah, dan keturunan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq dari sisi ibu.

Di Cyprus beliau dikenal sebagai seorang ahli sufi yang hidup sederhana. Beliau mengajak pengikutnya berpegang kepada konsep asasi sufisme atau tasawuf, yakni kasih sayang. Tak hanya itu. Ketika Islam dikangkangi paham-paham intoleran, beliau terus berjuang melawan paham Islam radikal. Inti ajaran Syekh Nazim, tak lain melanjutkan para pendahulu di jalan tasawuf, yakni mengukuhkan kepercayaan dan hubungan antara manusia dan Tuhan melalui muraqabah, atau menjaga ingatan dan hati semata-mata kepada Allah.

Seperti tulis situs inilah.com, nama Syekh Nazim al-Haqqani banyak dipopulerkan oleh sejarawan Perancis dan pakar sufisme, Thierry Zarcone, sebagai seorang sufi rtinggi kedudukan (maqam)-nya. "Islam yang diajarkan Nazim sangat fleksibel dan penuh kasih. Di saat yang sama, Nazim berjuang mengurangi paham Islam radikal di Amerika Serikat dan Eropa dengan menunjukkan sufisme sebagai instrumen dalam melawan ideologi radikal itu,” kata Zarcone.

Kisah lain Syekh Nazim yang membuat saya tercengang ketika membaca  adalah ketika ia bertemu Paus Benedic XVI yang saat itu melakukan serangkaian kunjungan ke Siprus. Petang itu di Nicosia, Paus Benediktus XVI bertemu dengan Syekh Nazim melakukan pembicaraan singkat di luar Kedutaan Vatikan untuk Ciprus. Syekh Nazim meminta maaf karena menantikan kedatangan Paus sambil duduk. “Saya sangat tua,” katanya, yang kemudian dijawab oleh Paus, “Saya juga sudah tua”.

Lalu kemudian Syekh Nazim memberikan Paus sebatang tongkat, sebuah piagam dengan kata “damai” yang ditulis dalam bahasa Arab dan seutas tasbih. Kemudian keduanya berpelukan. Sebelum berpisah, Syekh meminta Paus untuk mendoakan dia, yang kemudian dijawab oleh Paus, “Tentu saja saya akan berdoa, kita akan saling mendoakan.”

Pada tahun 2001, Syekh Nazim melakukan kunjungan ke Indonesia. Dalam rangkaian kegiatannya di Indonesia, Syekh juga sempat berkunjung ke Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya. Saat itu Syekh berjumpa dengan K.H. Shohibul Wafa Tajul Arifin yang lebih dikenal dengan Abah Anom, Mursyid Tarekat Qadiriah wa NaqsybandiyyahAbah Anom.

Pada bulan September 2010, terdapat 33 penambang di Chili terkubur di kedalaman lebih dari 700 meter di bawah permukaan bumi. Namun akhirnya satu demi satu penambang berhasil diselamatkan dengan menggunakan kapsul ‘Phoenix’. Syekh Nazim datang dan memberikan semangat kepada penambang dengan caranya. Bisa baca kisah panjangnya di sini Kisah Maulana Syekh Nazim Adil Al Qubrusi AlHaqqani Dengan Penambang Chili


Begitu banyak kisah yang bisa kita dapatkan tentang kegiatan spiritual Syekh Nazim di media internet. Bila Anda ingin mendengar ceramah Syekh Nazim bisa mengunjungi situs www.sufilive.com yang merupakan media resmi tarekat Naqshabandi.

Sebagai seorang murid, saya sangat mengidolakan guru spiritual saya ini. Beberapa quote yang paling saya ingat dari beliau adalah;

"A real Muslim lives for others, not himself.
Take knowledge and give, don't take and keep for yourself"
– Syekh Muhammad Nazim Al-Haqqani

"If you want to be something, I will give you nothing.."
– Syekh Muhammad Nazim Al-Haqqani

Kini beliau sudah beristirahat dengan damai.
Duka bagi  saya seorang murid karena ditinggal cahaya alam. Tapi itulah kebahagiaan yang ingin dicapai olehnya, bertemu keabadian yang sudah sangat diidamkannya.
Seperti kata Mawlana Syekh Hisyam:

Kita ingin selalu bersama Mawlana Syekh Nazim, tetapi pada hakikatnya kita tidak bersamanya, beliaulah yang bersama kita, karena kita mempunyai amal buruk dan dosa-dosa, dan para awliyaullah dapat menciumnya. Dan beliau tidak meninggalkan kita, beliau bersama kita, dan beliau akan bersama kita di dunia dan akhirat, kita akan berada di tangannya di akhirat insya Allah... Saya tahu bahwa kita semua merasa sedih. Inallaaha Ghayur, Allah senang untuk memiliki kalbu hamba-hamba-Nya, dan semoga Allah memiliki kalbu kita seperti halnya Dia memiliki kalbu Mawlana Syekh Nazim, bi hurmatil habiib fatiha.


Kesedihan di Akhir Zaman. 
Selamat meraih kedamaian, Mursyid. 
Damailah dalam doa dan cinta kami.
Salam cinta dari muridmu
Akmal Mohd. Roem

0 comments: