Siang, Rabu, 7 Mei 2014,
ketika saya sedang beristirahat setelah sibuk dengan aktivitas kampus, saya
mendapat kabar duka dari seorang teman di Aceh bahwa Syekh Nazim al-Haqqani
telah meninggal dunia. Berita ini membuat saya berhenti berpikir dalam waktu yang
cukup lama. Tekejut dan sangat tidak percaya dengan berita tersebut. Syekh
Nazim memang sedang sakit.
Tapi saya yang belum bisa
menerima kabar duka tersebut langsung mencari tahu kebenarannya di berbagai
grup Tarekat Naqsabandi di facebook dan twitter. Dari sekian banyak grup yang
saya buka, termasuk yayasan Haqqani Indonesia dan Singapura, belum ada
pernyataan resmi terkait kabar duka ini.
Selang beberapa menit, sebuah
pernyataan terpampang di halaman teman saya yang juga terus memantau
perkembangan kesehatan sang guru. Begini tulis di facebooknya:
Assalamu'alaykum wr.wb.
Baru-baru ini kita mendengar kabar bahwa
Sultan kita tercinta Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani telah berpulang ke
Hadratillah.
Hal tersebut diumumkan oleh Sh.Ishaq melalui
group WhatsApp dan Sh.Ishaq mengabarkan bahwa Mawlana Syekh Hisyam meminta
semua orang yang berada di Rumah Sakit di Lefke untuk membaca tahlil La ilaha
illAllaah atau Surat al-Ikhlash dan Surat Yasiin.
Dokter mengatakan bahwa tidak ada kemajuan
terhadap kondisi Mawlana, sehingga alat-alat yang menunjang beliau akan
dicabut.Tentunya kabar yang sangat berat ini kita sampaikan juga kepada
murid-murid lainnya di Indonesia, walaupun belum dilakukan secara terbuka,
karena masih menunggu berita resmi yang akan dikeluarkan oleh Mawlana Syekh
Hisyam Kabbani.
Belakangan Sh.Omar Kabbani mengatakan bahwa
Sultan belum wafat. Beliau boleh jadi dalam keadaan kritis tetapi belum wafat.
Sultan masih bersama kita. Kita ingat kisah pada saat Rasulullah (s) wafat,
sebagian Sahabat sangat sulit menerima kabar yang sangat berat ini, karena
kecintaan dan kedekatan mereka pada Rasulullah (s). Tetapi Sayyidina Abu Bakar
(r) mengatakan bahwa Rasulullah (s) adalah manusia juga yang bisa mengalami
kematian.
Oleh sebab itu kami mengajak kepada seluruh
murid untuk bersabar menghadapi berita ini dan menunggu pernyataan resmi yang
insya Allah akan segera diberikan oleh Mawlana Syekh Hisyam Kabbani. Sementara
itu, kita tetap mengadakan majelis-majelis zikir dan doa untuk Sultan al-Awliya
Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani mulai malam ini.
Kekhawatiran saya sedikit
mereda dan berusaha untuk tetap tenang. Semua grup yayasan Haqqani sedang
mempersiapkan doa bersama untuk kesembuhan Syiekh. Saya mendapat kabar kalau di
Aceh juga seperti itu. Namun kenyataannya ketika saya sedang berada di
twitterland, tiba-tiba akun Haqqani Indonesia, sekitar pukul 17.40 WIB
mengabari bahwa kepergian Syeik Nazim benar.
Assalamu'alaykum wr.wb.
Inna lillaahi wa inna ilayhi raji'uun me
Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani telah
berpulang ke Hadratillah pada hari ini dan kabar ini kami terima pada pukul
17.35 WIB. Jenazah akan dibawa ke Masjid Salamiya di Lefkosa (Nicosia) bakda
Ashar (waktu Siprus) dan selanjutnya akan dibawa ke Lefke.
Kenyatan yang harus diterima oleh semua murid.
Kepergiaan yang tentu meninggalkan luka amat dalam bagi saya sendiri yang belum
sama sekali pernah berjumpa dengan sang guru.
Saya baru menjadi bagian dari
tarekat ini. Minggu pertama setelah pulang dari pengabdian di Kalimatan Barat,
saya diajak seorang abang di kantor saya untuk mengikuti zikir bersama di
Zawiyah Nurun Nabi Aceh. Singkat cerita saya mengambil bai’at pada malam minggu
kedua zikir yang dipimpin oleh Tgk. Jamhuri Ramli. Bersama tarekat ini saya
mengikuti berbagai kegiatan zikir bersama di beberapa tempat daerah di Aceh
(selain zikir rutin malam jumat di Zawiyah dan Masjid Raya Baiturrahman).
Awalnya saya agak asing dengan
kegiatan-kegiatan tarekat. Bahkan sempat
ragu untuk mengikutinya. Namun pada akhirnya saya dengan ikhlas bergabung
karena satu kalimat yang sangat saya ingat yang diungkapkan guru saya bahwa
“Tarekat hanya sebuah jalan. Kita yang punya kendali penuh atas diri kita untuk
menuju Allah dan kecintaan kita terhadap Rasulullah,” kata guru saya.
Akhir tahun 2013, saya
berkesempatan mengikuti rangkain kegiatan kunjungan Syekh Hisyam Kabbani ke
Indonesia. Alhamdulillah, dengan ijin Allah saya bisa bertemu langsung dan juga
dibaiat langsung oleh Syekh Hisyam. Rasa cinta saya terhadap tarekat ini
semakin nyata. Banyak hal yang saya pelajari menuju kecintaan Allah dan
Rasulullah dengan selalu mengutamakan nilai-nilai syariah dan hubungan antar
sesama manusia.
Begitu juga yang seperti
diajarkan oleh Syekh Nazim Al-Haqqani. Hal yang paling saya ingat dalam sebuah
suhbatnya adalah beliau selalu mengajarkan kerendahan hati. Seorang manusia
harus membersihkan hatinya. Jika hati sakit, maka anggota tubuh lainnya juga
akan sakit. Hati yang baik akan membuat hidup kita menjadi lebih baik. Menjaga
hati adalah awal menjaga baik diri kita sendiri.
Akhirnya keingitahuan saya
soal tarekat ini pun tak terelakkan. Kemudian saya mencarinya di internet.
Banyak informasi yang saya dapatkan. Baik itu soal pernyataan tentang sesatnya
tarekat ini atau sebaliknya. Dari hal itu saya hanya bisa menyimpulkan bahwa,
banyak orang yang salah mengartikan kegiatan tarekat. Sederhanannya, pemahanan
mereka yang sesat sehingga kemudian mereka berani menyesatkan sebuah tarekat.
Ini mengerikan sekali.
Tentang Syekh Nazim, ini
adalah kesempatannya untuk bertemu dengan sang pencipta. Tentu kepergiannya
adalah hal paling membahagiakan bagi dirinya. Selama ini, Syekh Nazim sudah
sekian banyak mengeluarkan air mata kerinduan terhadap Allah dalam doa-doanya.
Ia tentu menangis sedih mengharap kasih sayang dan rahmat Ilahi kepada semua
pengikut Rasulullah SAW. Dan akhirnya, ketika malaikat menjemput nyawanya,
Syekh mungkin orang yang paling bahagia karena segera mendapatkan ketenangan
menghadap Allah, Kekasih yang sangat dirindukannya.
Syekh Nazim lahir di Larnaka,
Cyprus pada tahun 1922. Syekh Nazim memiliki nama lengkap Muhammad Nazim Adil
ibn al Sayyid Ahmad ibn Hasan Yashil Bash al Haqqani al Qubrusi al Salihi al
Hanafi. Lahir dari keluarga beretnis Arab dengan akar budaya Tatar. Ayah beliau
merupakan keturunan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, dengan ibu yang memiliki
darah keturunan dari Maulana Jalaluddin ar-Ruumi. Nasab itu menjadikan Syekh
Nazim merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW dari sisi ayah, dan keturunan
Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq dari sisi ibu.
Di Cyprus beliau dikenal
sebagai seorang ahli sufi yang hidup sederhana. Beliau mengajak pengikutnya
berpegang kepada konsep asasi sufisme atau tasawuf, yakni kasih sayang. Tak
hanya itu. Ketika Islam dikangkangi paham-paham intoleran, beliau terus
berjuang melawan paham Islam radikal. Inti ajaran Syekh Nazim, tak lain
melanjutkan para pendahulu di jalan tasawuf, yakni mengukuhkan kepercayaan dan
hubungan antara manusia dan Tuhan melalui muraqabah, atau menjaga ingatan dan
hati semata-mata kepada Allah.
Seperti tulis situs inilah.com, nama Syekh Nazim al-Haqqani banyak dipopulerkan oleh sejarawan
Perancis dan pakar sufisme, Thierry Zarcone, sebagai seorang sufi rtinggi kedudukan
(maqam)-nya. "Islam yang diajarkan Nazim sangat fleksibel dan penuh kasih.
Di saat yang sama, Nazim berjuang mengurangi paham Islam radikal di Amerika
Serikat dan Eropa dengan menunjukkan sufisme sebagai instrumen dalam melawan
ideologi radikal itu,” kata Zarcone.
Kisah lain Syekh Nazim yang membuat
saya tercengang ketika membaca adalah
ketika ia bertemu Paus Benedic XVI yang saat itu melakukan serangkaian
kunjungan ke Siprus. Petang itu di Nicosia, Paus Benediktus XVI bertemu dengan Syekh
Nazim melakukan pembicaraan singkat di luar Kedutaan Vatikan untuk Ciprus. Syekh
Nazim meminta maaf karena menantikan kedatangan Paus sambil duduk. “Saya sangat tua,” katanya, yang kemudian
dijawab oleh Paus, “Saya juga sudah tua”.
Lalu kemudian Syekh Nazim
memberikan Paus sebatang tongkat, sebuah piagam dengan kata “damai” yang
ditulis dalam bahasa Arab dan seutas tasbih. Kemudian keduanya berpelukan.
Sebelum berpisah, Syekh meminta Paus untuk mendoakan dia, yang kemudian dijawab
oleh Paus, “Tentu saja saya akan berdoa,
kita akan saling mendoakan.”
Pada tahun 2001, Syekh Nazim
melakukan kunjungan ke Indonesia. Dalam rangkaian kegiatannya di Indonesia, Syekh
juga sempat berkunjung ke Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya. Saat itu Syekh
berjumpa dengan K.H. Shohibul Wafa Tajul Arifin yang lebih dikenal dengan Abah
Anom, Mursyid Tarekat Qadiriah wa NaqsybandiyyahAbah Anom.
Pada bulan September 2010, terdapat
33 penambang di Chili terkubur di kedalaman lebih dari 700 meter di bawah
permukaan bumi. Namun akhirnya satu demi satu penambang berhasil diselamatkan
dengan menggunakan kapsul ‘Phoenix’. Syekh Nazim datang dan memberikan semangat
kepada penambang dengan caranya. Bisa baca kisah panjangnya di sini Kisah Maulana Syekh Nazim Adil Al Qubrusi AlHaqqani Dengan Penambang Chili
Begitu banyak kisah yang bisa
kita dapatkan tentang kegiatan spiritual Syekh Nazim di media internet. Bila
Anda ingin mendengar ceramah Syekh Nazim bisa mengunjungi situs
www.sufilive.com yang merupakan media resmi tarekat Naqshabandi.
Sebagai seorang murid, saya
sangat mengidolakan guru spiritual saya ini. Beberapa quote yang paling saya
ingat dari beliau adalah;
"A real Muslim lives for others, not
himself.
Take knowledge and give, don't take and keep
for yourself"
– Syekh
Muhammad Nazim Al-Haqqani
"If you want to be something, I will
give you nothing.."
– Syekh
Muhammad Nazim Al-Haqqani
Kini beliau sudah beristirahat
dengan damai.
Duka bagi saya seorang murid karena ditinggal cahaya
alam. Tapi itulah kebahagiaan yang ingin dicapai olehnya, bertemu keabadian
yang sudah sangat diidamkannya.
Seperti kata Mawlana Syekh
Hisyam:
Kita ingin selalu bersama Mawlana Syekh
Nazim, tetapi pada hakikatnya kita tidak bersamanya, beliaulah yang bersama
kita, karena kita mempunyai amal buruk dan dosa-dosa, dan para awliyaullah
dapat menciumnya. Dan beliau tidak meninggalkan kita, beliau bersama kita, dan
beliau akan bersama kita di dunia dan akhirat, kita akan berada di tangannya di
akhirat insya Allah... Saya tahu bahwa kita semua merasa sedih. Inallaaha
Ghayur, Allah senang untuk memiliki kalbu hamba-hamba-Nya, dan semoga Allah
memiliki kalbu kita seperti halnya Dia memiliki kalbu Mawlana Syekh Nazim, bi
hurmatil habiib fatiha.
Kesedihan di Akhir Zaman.
Selamat meraih kedamaian, Mursyid.
Damailah dalam doa dan cinta kami.
Salam cinta dari muridmu
Akmal Mohd. Roem
0 comments:
Post a Comment