Moms and Son | My Love Fest |
Salam Hormat dari Anak
Kepada Ibunda Tercinta
Surat ini harusnya sampai di tanganmu kemarin pagi, Mak. Saat
sebagian besar orang merayakan hari spesial mereka untuk mengenang dan
mengingat berbagai hal tentangmu. Ya, mungkin memang tidak perlu ada tanggal
khusus. Karena seperti yang diketahui orang banyak bahwa di Indonesia sendiri
Hari Mamak Sejagad mestinya dirayakan pada tanggal 22 Desember. Sedang pada minggu kedua
bulan Mei, sebagian kecil di Indonesia, juga menjadi bagian dari puluhan negara
lainnya merayakan dan mengenang hari ini sebagai harimu, Mak. Apalagi di saat
berjauhan seperti ini, tentu aku ingin juga merayakan hal sama. Mengenang dan
merindukanmu.
Baiklah,
Mak, aku akan mulai beberapa kenangan ini sebagai bentuk merawat ingatan agar
paham benar kenapa kau begitu juara di hatiku. Akan sangat membutuhkan
konsentrasi bagus untuk menulis ingatan ini, Mak. Karena seharusnya hanya kita
berdua yang tahu. Tapi sudah kuputuskan jauh hari surat ini sah dan bebas
dibaca oleh orang lain. Karena bagiku, semua anak punya rasa cinta yang sama
kepada emaknya juga.
Mak
ingat saat lepas magrib sewaktu aku masih kecil sekali? Aku dan adik-adik ribut
bukan main saat Ayah sedang shalat maghrib. Sesaat setelah ia mengucap salam,
ia melihat kami dengan mata yang sangat tajam. Seketika kami kikuk dan mati
rasa. Mak datang dan menyuruh kami mengambil Al Quran. Kami langsung berusaha
membaca dengan seperti sebaiknya Ayah membaca, akan tetapi mulut kadang
terkatup tak kuasa menahan sedih hati akibat salah yang kami perbuat tadi. Dan hebatnya
lagi, Mak tahu kalau kami sedang sedih. Tiba-tiba Mak duduk dan menyentuh
kepala-kepala kami.
Hingga
kini, aku sangat suka dengan itu semua, Mak. Apalagi kalau tiba-tiba bangun
terlalu pagi, aku melihatmu dari belakang duduk dengan Al Qur’an di tanganmu. Pasti
setelah kau menyelesaikan shalat tahajud. Mendoakan anak-anakmu. Mendoakan orang
tuamu, suamimu, dan semua yang kau doakan atas nama cintamu pada mereka. Cinta yang
luar biasa, Mak. Bagaimana rupanya hanya kau dan tuhan yang tahu. Kami hanya
bisa menerka dan merasakan betapa hangatnya kasih sayang.
Kini
aku telah dewasa, Mak. Tentu banyak kawan dan berbagai hal telah kualami dalam
hidup ini. Berinteraksi dengan banyak orang tentu sering membuatmu khawatir
bahwa anakmu bisa saja menjadi tidak punya sopan santun dan etika. Tapi tenang,
Mak. Tidak sopan dan buruknya tingkahku hanya akan kulakukan untuk diriku
sendiri. Bukan buat orang lain apalagi untuk orang-orang yang bisa membuatmu
khawatir dan malu. Tenang, Mak. Aku sudah tahu baik dan buruk seperti harapmu.
Mak,
betapa masih kuingat bagaimana khawatirnya dirimu saat kuliahku belum juga
usai. Rasanya aku tidak bisa membuatmu bangga seperti apa yang sudah dilakukan
oleh abang-abangku, anakmu juga. Mereka sudah hebat dengan caranya sendiri. Sedang
aku ingin membanggakanmu dengan caraku sendiri. Menjadi hebat dengan caraku. Tepat
seperti apa kata Ayah bahwa aku yang seperti ini akan terus dikenang dengan
tidak terpengaruh oleh orang lain tapi bisa memengaruhi orang lain untuk jadi
lebih baik.
Itu
aku, Mak. Aku mau lakukan apapun tentu tak masalah asal aku punya keyakinan
bahwa ini semua untuk membahagiakanmu, Mak. Aku sediri akan terus belajar
rendah hati dan terus ikhlas pada keadaaan seperti yang selalu kau tampakkan
pada kami semua.
Pada
suatu ketika, aku pernah melihatmu dari belakang, Mak. Saat itu hanya kita
berdua di rumah. Kau sedang asyik menyaksikan acara di televisi sambil sarapan
pagi yang waktunya sudah agak siang. Tiba-tiba tubuhku benar-benar kaku. Ingin sekali
rasanya bisa berada dalam pelukmu. Memohon maaf karena belum bisa menjadi yang
terbaik dalam keluarga. Aku ingin tiba-tiba datang dan bersandar pada tubuhmu
yang selalu kau bela masih sangat kuat padahal banyak hal sudah membatasimu
berbuat apapun. Tapi apalah aku ini yang hanya mampu menahan malu karena lelaki
tidak boleh cengeng di depan emaknya. Jadilah aku menahan sedih sendiri. Tidak ingin
membuat sarapan pagimu jadi tidak enak.
Saat
aku pergi jauh dari rumah, mendengar kabar kau sedang sakit. Akulah yang sangat
merasakan sakit, Mak. Apapun menjadi tidak penting untuk kukerjakan sebelum
bisa mendengar suaramu. Sangat ingin memastikan bahwa kau sudah membaik. Memastikan
berita kau sakit hanya berita bohong. Aku tidak bisa melihat matamu. Yang aku
lakukan hanya mengeluarkan perih dari aliran air mata sambil meramu doa-doa
agar kau segera disehatkan Allah.
Malam
kemarin, ketika kita berbicara banyak hal tentang calon pendamping hidupku
kelak, aku hanya bisa terdiam dan tidak ingin berharap banyak pada waktu, Mak. Aku
akan menemukan cintaku sendiri, Mak. Perempuan yang akan kunikahi kelak adalah
perempuan yang akan mengajari cucumu seperti apa yang engkau lakukan, Mak. Aku akan
menemukan perempuan yang akan mencintamu seperti aku mencintamu. Aku akan
mendapatkan perempuan yang hanya akan turut pada kataku dan menjaga amanah
keluargaku. Aku akan menikahi perempuan yang juga memuja emaknya sendiri
seperti aku padamu, Mak. Doakan aku.
Kau
tak pernah bosan mengingatkan anakmu untuk tidak meninggalkan shalat wajib. Yakinlah,
Mak. Lima waktu itu kini sudah benar-benar menjadi tempat terindah untuk curhat
dengan pencipta kita. Mak, seperti yang kau lakukan setiap harinya saat
berserah diri dan curhat sembari menghaturkan ribuan puja-puji dalam doa-doa
untuk Allah. Dengan ikhlas dan kesungguhan hati sudah kujaga semua itu.
Aku
akan selalu berusaha bertanggung jawab pada diri sendiri dengan apa yang telah
aku dapatkan selama hidup ini. Sejauh apapun aku bisa pergi, aku akan tetap
menjadi anakmu, monster kecilmu. Menjadi orang yang selalu membanggakanmu. Mak,
kujanjikan satu hal padamu. Meski aku belum bisa menggantikan kebahagiaan yang
telah kau berikan selama ini, meski aku belum mampu menghitung ubanmu, belum
mampu setiap saat menyeka peluhmu, aku janji akan mencintaimu dengan caraku
sendiri, Mak. Dengan cara yang tak perlu diketahui makhluk manapun di dunia ini. Cukup aku dan Allah
saja yang tahu.
Mak,
aku bangga lahir dari rahimmu. Apapun jadinya aku nanti, kaya atau tidaknya
aku, pintar atau tidaknya aku, hebat atau tidaknya aku, yakinlah bahwa setiap
langkah dan ucapku tak akan sedikitpun membuatmu malu. Mak, masih banyak kisah
kita yang lain… ya kan, Mak? Tapi tidaklah perlu mereka ketahui dulu. Kita akan
ceritakan pada cucumu nanti. Tenang, Mak!
Sekarang,
Mak, yang aku rasakan hanya rindu padamu.
Mak,
tadi aku baca di internet bahwa hari ini, 12 Mei, orang-orang sedang merayakan
hari perawat sedunia. Bagiku, kaulah sebaik-baiknya perawat.
Mak,
titip salam buat Ayah.
Aku
mencintainya seperti dia mencintamu.
Salam
kangen,
Anakmu
0 comments:
Post a Comment