12.5.14



Moms and Son | My Love Fest
Salam Hormat dari Anak
Kepada Ibunda Tercinta

Surat ini harusnya sampai di tanganmu kemarin pagi, Mak. Saat sebagian besar orang merayakan hari spesial mereka untuk mengenang dan mengingat berbagai hal tentangmu. Ya, mungkin memang tidak perlu ada tanggal khusus. Karena seperti yang diketahui orang banyak bahwa di Indonesia sendiri Hari Mamak Sejagad mestinya dirayakan pada tanggal 22 Desember. Sedang pada minggu kedua bulan Mei, sebagian kecil di Indonesia, juga menjadi bagian dari puluhan negara lainnya merayakan dan mengenang hari ini sebagai harimu, Mak. Apalagi di saat berjauhan seperti ini, tentu aku ingin juga merayakan hal sama. Mengenang dan merindukanmu.

Baiklah, Mak, aku akan mulai beberapa kenangan ini sebagai bentuk merawat ingatan agar paham benar kenapa kau begitu juara di hatiku. Akan sangat membutuhkan konsentrasi bagus untuk menulis ingatan ini, Mak. Karena seharusnya hanya kita berdua yang tahu. Tapi sudah kuputuskan jauh hari surat ini sah dan bebas dibaca oleh orang lain. Karena bagiku, semua anak punya rasa cinta yang sama kepada emaknya juga.

Mak ingat saat lepas magrib sewaktu aku masih kecil sekali? Aku dan adik-adik ribut bukan main saat Ayah sedang shalat maghrib. Sesaat setelah ia mengucap salam, ia melihat kami dengan mata yang sangat tajam. Seketika kami kikuk dan mati rasa. Mak datang dan menyuruh kami mengambil Al Quran. Kami langsung berusaha membaca dengan seperti sebaiknya Ayah membaca, akan tetapi mulut kadang terkatup tak kuasa menahan sedih hati akibat salah yang kami perbuat tadi. Dan hebatnya lagi, Mak tahu kalau kami sedang sedih. Tiba-tiba Mak duduk dan menyentuh kepala-kepala kami.


Hingga kini, aku sangat suka dengan itu semua, Mak. Apalagi kalau tiba-tiba bangun terlalu pagi, aku melihatmu dari belakang duduk dengan Al Qur’an di tanganmu. Pasti setelah kau menyelesaikan shalat tahajud. Mendoakan anak-anakmu. Mendoakan orang tuamu, suamimu, dan semua yang kau doakan atas nama cintamu pada mereka. Cinta yang luar biasa, Mak. Bagaimana rupanya hanya kau dan tuhan yang tahu. Kami hanya bisa menerka dan merasakan betapa hangatnya kasih sayang.

Kini aku telah dewasa, Mak. Tentu banyak kawan dan berbagai hal telah kualami dalam hidup ini. Berinteraksi dengan banyak orang tentu sering membuatmu khawatir bahwa anakmu bisa saja menjadi tidak punya sopan santun dan etika. Tapi tenang, Mak. Tidak sopan dan buruknya tingkahku hanya akan kulakukan untuk diriku sendiri. Bukan buat orang lain apalagi untuk orang-orang yang bisa membuatmu khawatir dan malu. Tenang, Mak. Aku sudah tahu baik dan buruk seperti harapmu.

Mak, betapa masih kuingat bagaimana khawatirnya dirimu saat kuliahku belum juga usai. Rasanya aku tidak bisa membuatmu bangga seperti apa yang sudah dilakukan oleh abang-abangku, anakmu juga. Mereka sudah hebat dengan caranya sendiri. Sedang aku ingin membanggakanmu dengan caraku sendiri. Menjadi hebat dengan caraku. Tepat seperti apa kata Ayah bahwa aku yang seperti ini akan terus dikenang dengan tidak terpengaruh oleh orang lain tapi bisa memengaruhi orang lain untuk jadi lebih baik.

Itu aku, Mak. Aku mau lakukan apapun tentu tak masalah asal aku punya keyakinan bahwa ini semua untuk membahagiakanmu, Mak. Aku sediri akan terus belajar rendah hati dan terus ikhlas pada keadaaan seperti yang selalu kau tampakkan pada kami semua.  

Pada suatu ketika, aku pernah melihatmu dari belakang, Mak. Saat itu hanya kita berdua di rumah. Kau sedang asyik menyaksikan acara di televisi sambil sarapan pagi yang waktunya sudah agak siang. Tiba-tiba tubuhku benar-benar kaku. Ingin sekali rasanya bisa berada dalam pelukmu. Memohon maaf karena belum bisa menjadi yang terbaik dalam keluarga. Aku ingin tiba-tiba datang dan bersandar pada tubuhmu yang selalu kau bela masih sangat kuat padahal banyak hal sudah membatasimu berbuat apapun. Tapi apalah aku ini yang hanya mampu menahan malu karena lelaki tidak boleh cengeng di depan emaknya. Jadilah aku menahan sedih sendiri. Tidak ingin membuat sarapan pagimu jadi tidak enak.

Saat aku pergi jauh dari rumah, mendengar kabar kau sedang sakit. Akulah yang sangat merasakan sakit, Mak. Apapun menjadi tidak penting untuk kukerjakan sebelum bisa mendengar suaramu. Sangat ingin memastikan bahwa kau sudah membaik. Memastikan berita kau sakit hanya berita bohong. Aku tidak bisa melihat matamu. Yang aku lakukan hanya mengeluarkan perih dari aliran air mata sambil meramu doa-doa agar kau segera disehatkan Allah.

Malam kemarin, ketika kita berbicara banyak hal tentang calon pendamping hidupku kelak, aku hanya bisa terdiam dan tidak ingin berharap banyak pada waktu, Mak. Aku akan menemukan cintaku sendiri, Mak. Perempuan yang akan kunikahi kelak adalah perempuan yang akan mengajari cucumu seperti apa yang engkau lakukan, Mak. Aku akan menemukan perempuan yang akan mencintamu seperti aku mencintamu. Aku akan mendapatkan perempuan yang hanya akan turut pada kataku dan menjaga amanah keluargaku. Aku akan menikahi perempuan yang juga memuja emaknya sendiri seperti aku padamu, Mak. Doakan aku.

Kau tak pernah bosan mengingatkan anakmu untuk tidak meninggalkan shalat wajib. Yakinlah, Mak. Lima waktu itu kini sudah benar-benar menjadi tempat terindah untuk curhat dengan pencipta kita. Mak, seperti yang kau lakukan setiap harinya saat berserah diri dan curhat sembari menghaturkan ribuan puja-puji dalam doa-doa untuk Allah. Dengan ikhlas dan kesungguhan hati sudah kujaga semua itu.

Aku akan selalu berusaha bertanggung jawab pada diri sendiri dengan apa yang telah aku dapatkan selama hidup ini. Sejauh apapun aku bisa pergi, aku akan tetap menjadi anakmu, monster kecilmu. Menjadi orang yang selalu membanggakanmu. Mak, kujanjikan satu hal padamu. Meski aku belum bisa menggantikan kebahagiaan yang telah kau berikan selama ini, meski aku belum mampu menghitung ubanmu, belum mampu setiap saat menyeka peluhmu, aku janji akan mencintaimu dengan caraku sendiri, Mak. Dengan cara yang tak perlu diketahui makhluk  manapun di dunia ini. Cukup aku dan Allah saja yang tahu.

Mak, aku bangga lahir dari rahimmu. Apapun jadinya aku nanti, kaya atau tidaknya aku, pintar atau tidaknya aku, hebat atau tidaknya aku, yakinlah bahwa setiap langkah dan ucapku tak akan sedikitpun membuatmu malu. Mak, masih banyak kisah kita yang lain… ya kan, Mak? Tapi tidaklah perlu mereka ketahui dulu. Kita akan ceritakan pada cucumu nanti. Tenang, Mak!

Sekarang, Mak, yang aku rasakan hanya rindu padamu.
Mak, tadi aku baca di internet bahwa hari ini, 12 Mei, orang-orang sedang merayakan hari perawat sedunia. Bagiku, kaulah sebaik-baiknya perawat.

Mak, titip salam buat Ayah.
Aku mencintainya seperti dia mencintamu.

Salam kangen,
Anakmu

0 comments: