Oleh: Akmal MR
untuk Alm. Maulidan Syahputra.
__
Pada siapa harus kuceritakan tentang impian kita,
Kau telah menutup hari dan pergi dari purnama.
Mungkinkah ini awal dari keterpurukanku
Mengenal sebuah petaka?
Dengan siapa aku akan berdiskusi tentang
Kegamangan kita terhadap budaya tanah kita
Tentang tulisan yang tak pernah kita selesaikan
Tentang teka-teki hikyat yang menjadi rinduku.
Menjadi cibiran sunyi bagi semua
Nafasmu telah beranjak dari tubuh,
Meninggalkan malam yang geming
Menanti janjiNya
yang menjadi misteri
Sepertinya baru kemarin aku mendengar suaramu
membawakan hikayat Gampong Gleeh yang kau buat
bersamaku di ruangan sepi
kau tahu…
Suara itu masih disini
Menjahit rindu yang begitu perih.
Mengapa kau tak memberiku tanda?
Apakah kau bosan dengan sajak-sajak yang kubuat?
Atau kau tidak mau membaca suratku untuk ibu?
Sahabatku,
ingin kutulis seribu sajak untukmu.
Tapi ku tahu itu takkan pernah cukup membunuh rindu ini
Aku benar-benar tak mampu berbuat apa-apa lagi
Dengan airmata ini inginku tenggelamkan sisa ingat
Tentang canda dan tawamu.
Dengan airmata ini aku ingin bangkit
Agar kau tak lagi menertawakan kelemahanku.
Maafkan aku yang tidak sempat mengenggam tanganmu
Yang lemah itu,
Maafkan aku yang tidak sempat menamanimu bicara
Saat kau terbaring disana,
Kenapa kau diam disaat aku ingin berbicara denganmu?
Aku pernah bermimpi menjemputmu dari tidurmu yang lelap
Ku bawa engkau menapaki keindahan kampus kita ini
Disaat kita menunggu adik-adik mahasiswa baru
Dan memberikan mereka satu canda yang indah
kini mimpi itu telah punah oleh kabar yang kuterima dari
Telpon genggamku.
hari ini gitar dan suaraku tak mampu menumpahkan apapun
hari ini tanganku terdiam dan tak mampu merangkai satu sajakpun
Sahabatku,
biarkan jiwamu tentram disana.
Dalam doa ini kutitipkan salam
Agar kau tenang dan damai dalam keabadian disisiNya.
Tak ada yang bisa menerka pasti keinginan tuhan
Namun, hari ini bulan tak kunjung tiba,
langit begitu tenang menghentikan angin malam
memohon doa agar kau beristirahat dengan tenang.
Abu,
Akan kuselesaikan kembali sajak-sajakku yang pernah kau cela
Akan kuselesaikan kembali cerita-cerita itu
agar kau bisa tersenyum
dan pernah mengenal aku sebagai kawanmu.
kampung kita tetap akan tersenyum,
Seperti halnya matahari yang tidak pernah lelah dijemput senja.
Jika kau mendengar kata-kata ini,
Tersenyumlah sembari menjabat tanganku
Yang selalu menegadah kepadaNya
Dan merangkul satu doa
Hanya untukmu
Mari mengheningkan cipta,
Kepada jiwa yang telah terdiam
Kepada kawan yang telah kembali ke muara abadi
Tempat manusia menemukan rahasia tuhan.
Lam U, 5 September 2007
1 comments:
Tidak akan pernah ada akhir dari sebuah perkenalan.
mubngkin waktu tidak mengijinkan lama.
tapi dari itu semua pasti ada kisah yang mesti kita lihat dari berbagai sudut pandang.
siapa saja yang hidup pasti akan mati.
namun, kematian akan menjadikan kita akan sebuah pertemuan.
salam
Post a Comment