9.4.09

Oleh: Akmal MR

Senja merangkak menjilat tanah penuh duka
Bocah-bocah dan perempuan berselimut duka
Berdiri diantara puing-puing reruntuhan rumah
sejenak mereka menyaksikan malam mengundang petaka
mengoyak tubuh rapuh

pesta kematian dimulai pun dirayakan
berteriak kemerdekaan atas tubuh-tubuh kaku
yang diselimuti kebisuan darah
: hilang sudah.
dan
sekarang mata tertutup sepi
menjadi seksi tawa
damai akan membawa duka
sisa perang tujuh petaka

Tuhan tak pernah melupakan hambaNya
Tinggal kita yang meski berkata
Dalam kebekuan
Meski harus berperang dengan segumpal batu merah

Lam U, Februari 2009

1 comments:

hamdani said...

Gunakan kata itu.