1.4.09


seudati1

Kata seudati berasal dari bahasa Arab syahadati atau syahadatain , yang berarti kesaksian atau pengakuan. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa kata seudati berasal dari kata seurasi yang berarti harmonis atau kompak. Seudati mulai dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh. Penganjur Islam memanfaatkan tarian ini sebagai media dakwah untuk mengembangkan ajaran agama Islam. Tarian ini cukup berkembang di Aceh Utara, Pidie dan Aceh Timur. Tarian ini dibawakan dengan mengisahkan pelbagai macam masalah yang terjadi agar masyarakat tahu bagaimana memecahkan suatu persoalan secara bersama. Pada mulanya tarian seudati diketahui sebagai tarian pesisir yang disebut ratoh atau ratoih, yang artinya menceritakan, diperagakan untuk mengawali permainan sabung ayam, atau diperagakan untuk bersuka ria ketika musim panen tiba pada malam bulan purnama.



Dalam ratoh, dapat diceritakan berbagai hal, dari kisah sedih, gembira, nasehat, sampai pada kisah-kisah yang membangkitkan semangat. Ulama yang mengembangkan agama Islam di Aceh umumnya berasal dari negeri Arab. Karena itu, istilah-istilah yang dipakai dalam seudati umumnya berasal dari bahasa Arab. Diantaranya istilah Syeh yang berarti pemimpin, Saman yang berarti delapan, dan Syair yang berarti nyayian.


Tari Seudati sekarang sudah berkembang ke seluruh daerah Aceh dan digemari oleh masyarakat. Selain dimanfaatkan sebagai media dakwah, Seudati juga menjadi pertunjukan hiburan untuk rakyat.


ASAL USUL TARI SEUDATI

Tari Seudati pada mulanya tumbuh di desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Kemudian berkembang ke desa Didoh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie yang dipimpin oleh Syeh Ali Didoh. Tari Seudati berasal dari kabupaten Pidie. Seudati termasuk salah satu tari tradisional Aceh yang dilestarikan dan kini menjadi kesenian pembinaan hingga ke tingkat Sekolah Dasar.


Seudati ditarikan oleh delapan orang laki-laki sebagai penari utama, terdiri dari satu orang pemimpin yang disebut syeikh , satu orang pembantu syeikh, dua orang pembantu di sebelah kiri yang disebut apeetwie, satu orang pembantu di belakang yang disebut apeet bak , dan tiga orang pembantu biasa. Selain itu, ada pula dua orang penyanyi sebagai pengiring tari yang disebut aneuk syahi.


Jenis tarian ini tidak menggunakan alat musik, tetapi hanya membawakan beberapa gerakan, seperti tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah dan petikan jari. Gerakan tersebut mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan. Bebarapa gerakan tersebut cukup dinamis dan lincah dengan penuh semangat. Namun, ada beberapa gerakan yang tampak kaku, tetapi sebenarnya memperlihatkan keperkasaan dan kegagahan si penarinya. Selain itu, tepukan tangan ke dada dan perut mengesankan kesombongan sekaligus kesatria.


Busana tarian seudati terdiri dari celana panjang dan kaos oblong lengan panjang yang ketat, keduanya berwarna putih; kain songket yang dililitkan sebatas paha dan pinggang; rencong yang disisipkan di pinggang; tangkulok (ikat kepala) yang berwarna merah yang diikatkan di kepala; dan sapu tangan yang berwarna. Busana seragam ini hanya untuk pemain utamanya, sementara aneuk syahi tidak harus berbusana seragam. Bagian-bagian terpenting dalam tarian seudati terdiri dari likok (gaya; tarian), saman (melodi), irama kelincahan, serta kisah yang menceritakan tentang kisah kepahlawanan, sejarah dan tema-tema agama.


Pada umumnya, tarian ini diperagakan di atas pentas dan dibagi menjadi beberapa babak, antara lain: Babak pertama, diawali dengan saleum (salam) perkenalan yang ucapkan oleh aneuk syahi saja, yaitu:


Assalamualaikum Lon tamong lam seung,

Lon jak bri saleum keu bang syekh teuku....


Fungsi aneuk syahi untuk mengiringi seluruh rangkaian tari. Salam pertama ini dibalas oleh Syeikh dengan langgam (nada) yang berbeda:


Kru seumangat lon tamong lam seung,

lon jak bri saleum ke jamee teuku....


Syair di atas diulangi oleh kedua apeetwie dan apeet bak. Pada babak perkenalan ini, delapan penari hanya melenggokkan tubuhnya dalam gerakan gemulai, tepuk dada serta jentikan delapan jari yang mengikuti gerak irama lagu. Gerakan rancak baru terlihat ketika memasuki babak selanjutnya. Bila pementasan bersifat perntandingan, maka setelah kelompok pertama ini menyelesaikan babak pertama, akan dilanjutkan oleh kelompok kedua dengan teknik yang berbeda pula.


Biasanya, kelompok pertama akan turun dari pentas. Babak kedua, dimulai dengan bak saman , yaitu seluruh penari utama berdiri dengan membuat lingkaran di tengah-tengah pentas guna mencocokkan suara dan menentukan likok apa saja yang akan dimainkan. Syeikh berada di tengah-tengah lingkaran tersebut. Bentuk lingkaran ini menyimbolkan bahwa masyarakat Aceh selalu muepakat (bermusyawarah) dalam mengambil segala keputusan. Muepakat itu, jika dikaitkan dengan konteks tarian ini, adalah bermusyawarah untuk menentukan saman atau likok yang akan dimainkan.


Di dalam likok dipertunjukkan keseragaman gerak, kelincahan bermain dan ketangkasan yang sesuai dengan lantunan lagu yang dinyanyikan aneuk syahi . Lantunan likok tersebut diawali dengan:


Iiiiii la lah alah ya ilalah.... (secara lambat dan cepat)


Seluruh penari utama akan mengikuti irama lagu yang dinyanyikan secara cepat atau lambat tergantung dengan lantunan yang dinyanyikan oleh aneuk syahi tersebut. Fase lain adalah fase saman . Dalam fase ini beragam syair dan pantun saling disampaikan dan terdengar bersahutan antara aneuk syahi dan syeikh yang diikuti oleh semua penari. Ketika syeikh melontarkan ucapan:


walahuet seuneut apet ee kataheee, hai syam,


maka anek syahi akan menimpali dengan jawaban:


lom ka dicong bak iboih, anuek puyeh ngon cicem subang.


Untuk menghilangkan rasa jenuh para penonton, setiap babak ditutup dengan formasi lanie, yaitu memperbaiki formasi yang sebelumnya sudah tidak beraturan.



Artikel ini dikutip dari berbagai sumber yang terkait. Termasuk wawancara langung dengan salah seorang penari seudati terkemuka di Aceh, Syeh La Geunta.

48 comments:

rinaldi said...

sebuah tarian yang menguatkan seni tutur dan gerak tubuh yang dinamis.

hamdani said...

Aceh yang maha luar biasa...

bakopi said...

Dengan senang hati saya membaca sejarah seudati,saya orang Aceh asli tidak tau juga apa nama dari delapan orang tersebut, hanya selain syekh dan syahi.terima kasih atas tulisan saudara Akmal yang telah saya baca semoga tarian tradisional Aceh lebih berjaya lagi, biar orang tau kita orang Aceh kaya dengan seni budaya .
Budaya Aceh jak tapeumaju
Jinoe rab leusu tabangket teuma
Bek sampee padee keuneubah endatu
Beule gob teupeu sampee uluwa
Wassalam

anindisya said...

ehmmm........
jgn di klem lgi mlaysia okk.........
jga baek2 tri eang satu nie.............

Endang S said...

apa yang tertuang pada tulisan diatas sangat bermaanfaat untuk saya pribadi dan juga para peserta didik untuk paham tentang sejarah seni. agar tongkat estafet seni tetap lestari dan berkembang

Irwansyah said...

Matee aneuk meupat jrat , matee adat pat ta mita

rizki said...

AAwaaAAzzZ law amPeq di klaEmm negara malaysia, akan Q PerTaruhKan nYawa Gw

aroell said...

nyan tari yah ke peuget beh

fina husna said...

wah,,,,,,,,
Indonesia mank kaya segala"na,,,,,

AwAsZz EA mAlAySiA JuIiEg kLo MpEk NgE-KlAim" lGhI,,,,,,,

annie said...

aaaaa thx info nya! gw lgi bkin tugas neh :]

pest said...

tari sedati perlu di lestarikan sebelum di "curi" oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

pest said...

waw cepat sekali.

junaidi said...

saya hanya mau tau dimana syeh lah geunta tinggal sekarang,sekiranya saudara/saudri tau dimana beliau berada saya memohon bantuannya mengirimkan sedikit maklumat tentang nya karna saya pernah menjadi anak angkatnya sewaktu di lhok nibong,maklumatnya boleh di kiremkan ke no hp 0122588400 wassalam

kain songket said...

seudati memang tari yang indah :)

REIN said...

Waw hebat :)

saidi said...

hhayeuu that tarian aceh .....
dak jeut bek sampee gadoeh, mari ta jaga sama2...

nurul said...

wah luar biasa Indonesia
jangan sampai tarian asal aceh ini diklaim bangsa lain lagi
kita harus melestarikannya

Teuku said...

Neu tamah lom hai abu msalah tradisi yg laen,,
supaya jeut bek gadoh dum crita nyan.......... beh..??
trima ksih...

Teuku said...

betoi nyan tgk....

mahdi said...

Salam seudati. Saya menemukan dua tulisan yang sama di dua blog beda, mana penulis aslinya, tentu saya tidak tahu. Yang satu lagi, katanya, tulisan buraqmanari? Ini penting saya ketengahkan karena kita juga sedang memperjuangkan hak-hak intelektual (haki). Coba lihat di blog tersebut > http://www.blogtopsites.com/outpost/f5805d9e1c9de7b6b04a2ad48636b301

nurul said...

thanks.........lagi bantu ponakan cari sejarah tarian daerah
eh.......ada artikel ini, so thanks so much!!!!!

Bibir Monyokk said...

Sok tak Yongg

shinta said...

hay....
aku shinta dari palembang

shinta said...

boleh tanya gak....
simbol tarian ini apa yahhhh
kirim lwat imael donk
shinta_lieben@yahoo.com
tolong

Akmal MR said...

Saya penulis aslinya.. Blogtopites.com mungkin seperti blog iklan baris yang mendata tagline. tapi, saya tidak paham dengan keberadaan itu. Tulisan ini saya tulis sudah agak lama. Ini hasil wawancara serta diskusi dengan beberapa koreografer tari di taman budaya banda aceh.

Oly said...

Chit Lagenyan Awak Aceh, koen Hana di teujeut tapi *malas Menampakkan Bahwa Aceh Bisa*...................???

apiet said...

saya adalah salah satu dari pemain tarian sedati.
saya ingin bertanya mengapa sekarang tarian sedati ini mulai di hlangkan?
padahal sedati itu kan tarian khas aceh?
akan tetapi mengapa sekarang malah menjadi terbalik.
sekarang malah tarian saman gayo yg di utamakan sebagai tarian aceh?


hormat kami)>>>>>>
groep pante jaya, lhoek sukoen sheh taufit hidayat

trikora irianto said...

aku bangga dengan anda yang mau menulis tentang kekayaan hasil budaya Aceh.Tulisan ini sangat berguna bagi generasi muda dan siapa saja yang memerlukannya.Saya yakin anda akan terus menulis hal-hal berguna dan ini adalah juga amalan buat anda

afdhal said...

tarian seudati maupun saman, itu sama-sama lahir di aceh.
sedangkan gayo dan pidier itu sama-sama suku. sama juga seperti wilayah lainnya seperti perlak, peusangan, pasai, jame, kluet dll. dari wilayah-wilayah berkumpul dikutaraja untuk menyepakati akan terbentuknya kerajaan aceh. maka disitulah lahirnya yang nama aceh.

ini cuma utk sekedar informasi aja utk tidak mengklaim bahwanya yg dikatakan aceh adalah wilayah pesisir pantai barat dan timur.

moeta said...

Bangsa Aceh adalah bangsa yang kuat ...
peunoh ngoen adat istiadat ...
Lon bangga jeut ureung Aceh ..

Aceh Lon sayang ..
beu makmu sabee tanyoe ban mandum ...
Amiien ya Rabbi ..

I said...

izin ngutip dikit isi blognya ya gan.....
kunjungi jg blog saya....
makasih....

nasrul said...

waw semakin mengenal budaya indonesia

diena said...

makasih, sangat bermanfaat
Allah yang membalas

riza said...

terus makna dr setiap gerakan tariannya ada yg tau ga?

rina said...

jadi mudah gue ngerjakan tugas :D

49u5 said...

Blhh kn4l4n kh4a....

M.Muhardeny cinta laras selamanya and setia said...

waw wkwkwkwkwk gokilllllllll abizzzzzzzzzzzzzz broooooooooooo

M.Muhardeny cinta laras selamanya and setia said...

haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa b-:

M.Muhardeny cinta laras selamanya and setia said...

B-:

Reva said...

reva mengatakan tarian seudati ini sangat menakjubkan

Reva said...

emng aceh sangat menakjubkan...

orang said...

WKWK GOKIL

mansya said...

muatin penciptanya

Princess Swift Dfiveinonecmnty said...

aceh is the best

Ferdy said...

Sjrh tri2an sngt bgus skli krna tri2an di atas sngat mendidik kita

Aceh Info « Lovely Indonesia Cultural said...

[...] Seudati dance (Indonesian look here for more info) [...]

wordplaymaker said...

iya ni, aku juga lagi nyari yang itu

Melia said...

Mau belajar dch, biarpun untuk cowo....cewe juga bolehkan?
Saya mau belajar langsung dengan Syeh La Geunta.
Gan, boleh minta no contactnya tidak?

Terima kasih
Melia
(^_^)