Pertama, ini pertama kali. Permintaan
maaf untuk laman ini yang sudah sekian lama tak terisi. Harapan terbaik
adalah bisa menulis kembali meski dalam waktu yang tak pernah bisa
tertebak. Sibuk hanya alasan untuk menjelaskan betapa malasnya sudah aku
menulis meski hanya beberapa paragraf. Atau barangkali aku juga sudah
mengidap penyakit keterbatasan ide untuk menghidangkaan cerita-cerita.
Yang pastinya, ini kali pertama setelah sekian lama tidak membersihkan
rumah ini. Ah, selamat berselancarlah. Semoga setelah ini akan ada
cerita-cerita yang menarik untuk ditulis. Doain ya.
Jadi
begini, ini hari Rabu, 26 Februari 2014. Hari yang beda serta tahun
yang tidak sama, hanya saja tanggal cantik ini menjelaskan satu waktu
dimana pertama kali atas ijin Allah SWT aku lahir di dunia ini. Melalui
perjalanan panjang, kini usia telah dua puluh tujuh. Pemuda ganteng yang semenjak bayi sudah diberi nama Akmal. Kini sudah semakin heboh! Ah, semakin tua
saja. Untuk begitu, pertama kali harus ku ucapkan selamat ulang tahun
dulu untuk diri sendiri.
Ulang tahun kali ini masih
seperti tahun sebelumnya, aku tidak di tanah kelahiranku. Tidak bisa
melihat ibu dan ayah. Tidak bersama teman-teman yang itu, mereka unik.
Tidak bersama keluarga yang itu juga, mereka asyik.
Jika
Februari tahun lalu aku di Kalimantan Barat, maka Februari kali ini aku
sudah di Surabaya. Tapi tenang, aku punya teman yang ini, dalam satu
kamar ada empat orang, tiga dari Aceh dan satu lagi dari Bali. Dia masih
jarang di kamar karena sering pergi ke sana dan ke sini. Biar
sedikit dramatis, barangkali aku harus cerita beberapa saat sebelum
hari ini terjadi. Mungkin kisah klise yang biasanya tidak akan menemui
kesulitan untuk menyimpulkan bagian penting. Tapi, ya, aku sudah
terlanjur ingin bercerita, jadi lanjut aja gitu.
Hari
selasa kemarin, tidak ada ayah dan ibu aku sudah di bandara. Ayah ke
Peudada mendampingi abang sepupu menikah, dan ibunda tercinta masih di
Jakarta. Maka aku hanya ditemani teman-teman baik selama berada di
bandara. Setelah itu sampai juga kakak dan dua adik yang sengaja datang
mengatarkan saudaranya merantau lagi. Huhf… senang akhirnya keluarga
biasa juga mengantar kepergian ini.
Ini bentuknya kasih sayang. Sebelum naik pesawat, saya dapat kertas yang dilipat bentuknya segitiga, bentuknya bagus dan isinya juga bagus. Mau tau? Itu adalah surat yang di dalamanya ditulis ayat nurbuat yang ditulis dengan tangan diberikan dengan hati yang ikhlas dan ucapan selamat ulang tahun dengan penuh kasih sayang. Ada juga bingkisan kecil berupa hadiah juga. Ya, sebiji permen kiss yang bertuliskan “met ultah” dan ya… baru kali ini ada hadiah semenarik itu.
berdiri dari kiri: Akmal, Kak Emilda, Ibal dan Haikal. -___-" |
Ini bentuknya kasih sayang. Sebelum naik pesawat, saya dapat kertas yang dilipat bentuknya segitiga, bentuknya bagus dan isinya juga bagus. Mau tau? Itu adalah surat yang di dalamanya ditulis ayat nurbuat yang ditulis dengan tangan diberikan dengan hati yang ikhlas dan ucapan selamat ulang tahun dengan penuh kasih sayang. Ada juga bingkisan kecil berupa hadiah juga. Ya, sebiji permen kiss yang bertuliskan “met ultah” dan ya… baru kali ini ada hadiah semenarik itu.
suit kali... suit! |
Pesawat sudah terbang di atas awan. Matahari tepat di sebelah kananku. Cuaca bagus dan sesekali masuk ke awan yang ada anginnya. Pesawat bergetar tapi dikit. Begini hasil fotonya di jepret pake handphone,..
Yeaaah....! ini tidak sekeren pikiran Anda! |
Tiba-tiba sudah transit di Bandara Kualanamu, Medan. Ada sepotong senja yang bulat sekali.beberapa petugas sibuk mengurusi urusan orang lain dan orang-orang yang mendorong tas serta koper sangat terlihat sibuk sekali. Tidak ada yang niat mengganggu mereka. Apalagi saya.
Itu parkiran pesawat ada orang juga di Kualanamu, Medan |
Aku tidak bisa merekam apa-apa yang ada di dalam ruangan bandara itu. Hanya sempat menikmati segelas espresso yang mahalnya minta ampun hingga akhirnya masuk lagi ke pesawat dan terbang selama tiga jam lebih. Pesawatnya tidak penuh. Bosan sekali. Tapi bisa pindah ke sana dan ke sini. Anggap saja mobil pribadi yang sedang terbang di atas awan. Wuih, tapi malam. Jadi tidak bisa liat apa-apa.
Ini benar-benar serius baca. Bukan settingan! |
Kira-kira lima belas menit sebelum mendarat, pesawat masuk ke dalam gumpalan awan pekat. Jadi guncangannya agak hebat dan hujan. Bergetar, bergetar. Takut sih. Tapi ya, pilotnya handal sekali. Dramatis? Ngak ya…? padahal kami takut lho… “Penumpang yang terhormat, demi alasan keselamatan, lampu dalam kabin kami padamkan. Untuk Anda yang ingin melanjutkan membaca, boleh menghidupkan baca di tempat duduk Anda.” Persisinya ngak jelas hanya kira-kira begitu kata senior awak kabin penerbangan.
Dan akhirnya kami mendarat dengan mulus di bandara Juanda, Surabaya. Itu mungkin sekitar pukul 23.15 kami masih mengantri di tempat klaim bagasi. Setelah semuanya beres, diantar trevel sewaan kami langsung menuju kampus Unesa di Lidah Wetan. Sudah pukul 01.00 dan di sini terlihat larut sekali. Tidak ada lagi penjaga asrama. Jadinya kami tidur di sekretriat Mapala. Untung saja si abang yang kebetulan sedang tidur sendiri dan kami ganggu karena kami ramai, dia mau menampung kami jadinya kami tidur di tempat itu. Di lantai yang ada tikarnya. Sebelum itu ada kisah unik. Seseorang terkejut dan bahagia. Aku juga bahagia karena semua orang bahagia.
Bangun pagi dari sekretariat mapala dan pindah ke asrama. Masuk ke dalam kamar karena sudah buat laporan. Dapat kamar dengan kasur dua lantai. Aku di bawah, Izwar di atas. Tapi tidak saling menyentuh kok. Pokoknya tidur!!!!
Paginya dapat telpon dari emak tersayang. Banyak cerita. Dan rindu melihatnya. Terima kasih telah menjadi mamak yang sempurna. Di umur yang semakin jauh ini, mak. Aku sungguh bersyukur bisa lahir dari rahimmu. Bisa menjadi anakmu. Bisa menjadi buah hati yang kau sayangi. Bisa menjadi apapun yang kau kehendaki. Meski kau bisa menjadi apapun, tapi kau tak bisa digantikan dengan siapapun.
Ada yang mau tau ngapain aku nya di Surabaya?
Jadi
ini lanjutan dari program SM-3T yang kami ikuti lebih dari satu tahun
yang lalu. Kalau dulu kami tugas pendidikan di pedalaman Kalimantan
Barat, kini kami melanjutkan Program Profesi Guru di Universiatas Negeri
Surabaya. Begitulah! Ya, kami jadi mahasiswa lagi. Toh buktinya tadi
waktu melaporkan diri, kami ukur baju untuk almamater, buat kaos,
sepatu, dan mungkin saja ada kartu mahasiswa lagi. Dan bakal di wisuda
lagi tentunya. Seru kan?
Dibeberapa waktu senggang, aku buka beranda Facebook. Ada begitu banyak ucapan selamat ulang tahun dari teman-teman yang baik. Mereka menghawatirkanku. Buktinya mereka banyak yang berdoa agar aku terus sukses, sehat, baik dan beriman. Terima kasiha atas ucapan yang mulia itu. Semoga doanya diterima Allah SWT. Dan kepada Allah SWT jualah aku minta agar semua ucapan dan doa dari semua orang itu juga dibalas dengan sempurna atas mereka. Amin...
Ucapan yang seperti ini misalnya:
”Kupike wayang ipeugah le Azmi dron ka going to there. Rupajih beutoi.
Tapi nyoe kon cerita weuh ate. Masalah dron neujak hana
neupeugah-peugah, pat jino dron, ngon so, nyan hana peunteng. Pokokjih
dron tetap Mahaguru, bos para penyamun. Beuleubeh sigala hal,
beumeutamah iman. Lon han kujak intat dron, tapi lon ureung phon troh
bak bandara wate neuwo singoh. Bravo.” Itu dari Nazar Shah Alam
“beupanyang umu, mudah raseuki adun. Sehat sabe.” Punya Hamdani Chamsyah
“Selamat ulang tahun Acek Akmal M Roem. Beu selamat iman. Beu mudah raseuki. Beu troek u tanoh suci. Beu jeut keu penghuni surga sajan Nabi. Beu tercapai segala hajat dunia dan akhirat.” Itu dari Anita Rahmaniati.
“di
ulttah mu kali ini bung, ditandai dgn berkelana kembali jiwa mudamu
hehehe, Selemat merantau di negeri orang, semoga sukses menyertai, HBD
yeee” punya Rahmi Mia.
“Selamat ulang tahun, adoe. beujroh sabee.” Dari kak Wina Sanusi Wahab.
“Selamat ulang tahun Cut Ado… Beumeutuah sabe, shehat dan bahagia…” itu miliknya kakak Suraiya Kamaruzzaman.
Dan seterusnya dan seterusnya dan banyak ucapan yang konon, kok konon, tapi ya, kalau mau lihat ya silakan buka beranda facebook saya. Mereka baik-baik sekali. Bisa punya teman sedemikian baik serasa bahagialah hidup seperti ini.
Untuk sekian banyak itu, saya tentu tidak bisa membalas semua kebaikan itu, oleh karena itu saya tulis begini, semoga bisa mewakili, semoga, ini dia…
“Bismillah, berbagai hal yang telah saya lewati sudah barang tentu punya khilaf yang mungkin pernah menjadi buruk. Saya minta maaf. Umur semakin bertambah mendekati pucuk segala waktu. Semoga kebersamaan kita dicatat sebagai waktu terbaik sepanjang hidup ini. Karena masih bulan maulid, saya boleh minta kado? Tidak berat, bershalawat lah untuk Rasulullah. Yuk, "Allahumma salli 'ala muhammadin wa 'ala ali muhammadin wa sallim." ah, semoga menjadi kado termanis untuk hari yang manis ini. Amin..”
Maka ketika sore setelah makan ayam penyet dan belanja untuk kebutuhan layaknya orang baru pindah rumah, tulisan ini saya publikasikan. Sekian! Yeaaaah…
Salam cinta
@vanroem
0 comments:
Post a Comment