pesona batu di dalam Gua Pindul |
Biasanya, ketika bermain ke
Jogja, yang saya pikir adalah melihat kegiatan budaya, menyusuri keramaian
Malioboro atau menghabiskan waktu malam di alun-alun kota. Itu sudah. Sudah kali
kesekian saya lakukan bersama teman-teman yang lainnya. Tapi kali ini beda.
Saya kembali ke kota Jogja untuk hal lain. Kami tidak bermain di tengah kota. Apalagi
tengah hatimu… Hehehe..
Tahun 2013 lalu, saya sempat
bermain ke Gunungkidul, di temani Bang Mulya dan teman-temanku lainya dari Arkom
Jogja. Aku diajaknya makan jagung bakar sembari melihat lautan cahaya kota dari
tempat tinggi yang kami duduk itu. Tinggi dan dingin. Nah, selama sepuluh hari berada
di sekitaran Gunungkidul itu, sama sekali mereka tidak pernah bercerita kalau
dekat itu ada objek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. Mungkin mereka
lupa. Mungkin mereka apa….? Tapi bang Mul baik (ini pencitraan) karena dia ajak
saya ke Candi Ratu Boko sampe malam di sana. Padahal udah mau tutup tempatnya.
Naaaah, saat liburan
pertengahan semester tahun ini, bersama mahasiswa PPG Unesa kelas Bahasa
Indonesia kami melakukan perjalanan ke Gunungkidul. Yap, saya pikir ini salah
satu kebahagian bagi saya karena selain bisa kembali ke Jogja, saya juga berkesempatan
bermain ke salah satu kawan karst
yang ada di Indonesia. Di Aceh ada juga lhoo… tanya bang Gareng yang itu, yang
sibuknya soal menyelamatkan kawasan Karts
Aceh.
Mungkin sudah tidak asing lagi
bila mendengar tentang berbagai macam objek wisata yang ada di Kabupaten
Gunungkidul . Yap, Gunungkidul memang sudah terkenal dengan deretan pantai
cantik nan bersih. Tapi pernahkah Anda bermain ke sungai yang membawa kita
menyusuri lorong bawah tanah dengan pemandangan yang menawan? Tempat unik itu
diberi nama Gua Pindul.
Aliran sungai menembus lorong
panjang itu membuat Gua Pindul memliki pesona tersendiri. Di dalamnya, kita
bisa melihat keindahan stalaktit dan stalakmit sepanjang perjalanan. Jangan
takut gelap dan basah, hanya berbekal pelampung, kita sudah bisa menyusuri
lorong gua cantik tersebut. Tentu dipandu oleh pemandu wisata yang sudah begitu
hapal dengan kondisi di dalamnya.
Pada tahun 2010, gua yang
terletak di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul
ini diresmikan menjadi objek wisata dan dibuka untuk umum. Melihat keindahan
ini membuat saya berpikir bahwa Indonesia sangat beruntung memiliki objek
wisata seperti Gua Pindul ini. Sepengetahuan yang saya baca-baca di berbagai
tempat, tidak banyak tempat di dunia ini yang memiliki gua dengan aliran sungai
di bawahnya. Ya, kalaulah biasa kita menyusuri gua dengan berjalan kaki, maka
kali ini harus menggunakan pelampung dan ban karet.
Untuk bisa menikmati keindahan
stalaktit dan stalakmit di dalam Gua
Pindul, setiap pengunjung dikenakan tarif Rp 30 ribu saja. Dengan didampingi
pemandu, paket ini sudah lengkap termasuk helm, pelampung, ban karet dan sepatu
karet. Sungai yang terdapat di dalam gua sepanjang 350 meter ini memiliki
kedalaman yang berbeda-beda,
“Dalamnya mungkin bisa berkisar antara satu hingga
sepuluh meter lebihlah,” kata pemandu pada kami.
Pengunjung yang suka berfoto
ria, bisa membawa kamera dengan menitipkannya kepada para pemandu. Kalau mau pegang
sendiri ya ngak apa-apa, tapi jika belum handal, bisa saja kameranya basah
terkena air. Apalagi yang terlena dengan keindahan berpetualang di dalamnya
bisa bikin lupa kalau sedang pegang kamera. Hahahaha.. terlalu. Tapi benar
seru. Soalnya kita masuk dan keluar dari bibir gua yang berbeda.
Sebelum menjelajah Gua Pindul,
pemandu selalu memberikan pengarahan bagaimana seharusnya melakukan cave tubing agar semua berjalan baik dan
nyaman. Pelajaran penting ini diberikan oleh mereka yang sudah profesional.
Menariknya, para pemandu merupakan penduduk yang berasal dari daerah sekitar
objek wisata tersebut. Wah, begini memang seharunya. Indonesia banyak tempat
bagus yang harus dikelola oleh penduduk sekitar tempat tersebut agar memberikan
lapangan kerja bagi mereka. Ini positif sekali.
Oke, kembali ke gua! Dengan pencahayaan
dari senter, begitu masuk ke dalamnya, kita langsung disuguhi banyaknya batuan
stalaktit dengan ragam motif. Beberapa stalaktit diantranya sudah menyerupai
bunga. Menurut cerita dari pemandu, bentuk-bentuk tersebut terbentuk karena air
tak sekedar menetes. Kadang-kadang airnya bisa saja berjumlah cukup banyak
sehingga seperti hujan.
“Butuh waktu jutaan tahun
untuk bisa berbentuk seperti ini. Tapi mungkin beberapa di antaranya itu bisa
saja akan berubah bentuknya nanti. Ya, karena beberapa stalaktit di sini masih
aktif dan akan terus memanjang,” terangnya sambil menunjuk beberapa stalaktit
yang masih meneteskan air.
Memang benar yang namanya gua
itu tempat mendekamnya kelelawar, bgitu juga di Gua Pindul pun menjadi tempat mereka bergantungan dengan
indah. Kehadiran mereka tentu member sensasi yang unik tersendiri.
Tapi bagi saya yang menarik di
dalam ini adalah terdapat sebuah stalagtit yang berbentuk seperti kelamin
laki-laki. Hahaha... benar! Batu ini kemudian dinamakan batu perkasa. Sentuhlah
bila mau kuat! Soalnya kata si abang pemandu, mitosnya, kalau dipegang kaum
pria bisa menambah keperkasaan. Duh, silakan sentuh.. sentuhlah ia tepat di…
ahkh.. selain itu, kita lanjut serius dulu. Di sana ada pula tetesan air
mutiara yang konon kalau ketika ada orang lewat menyentuh wajah perempuan bisa
membuat dia bisa kelihatan cantik. Nah! Mau? Bisa apaaaa? Hmm…
ini dia batunya! |
Setelah itu, sesaat sebelum
keluar, pemandu mempersilakan kami mandi sepuasnya. Ya, tempat yang tidak asing
dalam ingatan saya. Kalau tidak salah ada di salah satu iklan rokok bikinan
Indonesia. Bagus! Kami bisa loncat sepuasnya. Mandi dan foto sesuka hati.
Setelah itu, kami diajak
bermain ke tempat yang berbeda. Yap, kami diajak pemandu menyusuri Sungai Oyo
yang letaknya tak jauh dari Gua Pindul. Untuk ke sini, harus naik mobil off
road. Sip! Di sungai Oyo ada sesuatu yang menarik juga. Ya, kita akan mengarugi
jeram yang cukup menantang. Memicu adrenalin di antara bebatuan yang sangat
unik. Setelahnya kita bisa menikmati air terjun yang keren. Bisa loncat dari
atas! “Tunggu abang di bawah, dek…”
*halah*
mereka yang bahagia |
pintu masuk Gua Pindul |
salah satu keindahan bebatuan di dalam Gua Pindul |
mandi-mandi jadi seru |
penampakan bukan penunggu Gunungkidul |
Selepas bemain air dan gelap-gelapan
itu, ya seperti biasa, kalau sudah Jogja, kata orang sih, kalau ngak ke
Malioboro itu belum sah. Nah, makanya rombongan studi kami merapat ke Malioboro
untuk bermain sembari makan malam dan pulang kembali ke Surabaya.
Akhirnya Jogja memang selalu memberi
kesan bahagia bagi saya. Kalau ditannya “Kapan ke Jogja Lagi?” saya akan
bingung karena diserang rindu amat dahsyat bagi kota itu. Ah, memanglah! Kayak rindu
ke hmmm….
ah, akhirnya juga habis dah.. nantikan cerita petualangan lainnya... heuheu...
salam penuh cinta dan rindu...
mari bertukar cerita. Temui saya di:
twitter : @vanroem
Facebook : Akmal M Roem
Instagram : vanroem
email : akmalmroem@gmail.com
0 comments:
Post a Comment