Sungai itu kering sudah,
Usai airmata darah membasuh wajah termangu
Menyaksikan catatan kecil
Tentang kutukan pada tanah kami
Matahari tak juga lelah melawan malam,
Kembali ia merdeka lepas fajar
Mengusir zambrut
Membungkus dingin wajah bunga yang kusam
Sepertinya bibir ini telah lelah
Dan
Mata ini tak cukup lagi di usap
Tapi
Tak juga telinga mereka terbuka
Tujuh batu hitam itu telah berdebu
Baik kitab-kitab pun kini terbalut lumpur
Seperti taman merindu bunga
Yang menacap pada batu bergaris merah putih
Rindu senyum itu
Seperti memungut jarum untuk
Menusuk bisul ombak
Seraya membaca sepuluh baris tentang
Kemerdekaan tanah menjadi debu
Lalu berteriak duka
Hanya karena sesuap tahta
Ini aceh,
Telah damai
Jaga itu
Karena kedamaian merubah lara
Menjadi seuntai senyum
Lam U, 20 Mai 2007
* Akmal MR adalah penulis lepas, saat ini bekerja di Episentrum Ulee Kareng. Poenya Tikar Pandan.
0 comments:
Post a Comment