Adegan I
Kakek
Aduh… Sangat tidak enak menjadi orang tua. Susah sekali rasanya. Apa-apa terasa berat. Ini tidak, itu dilarang, apalagi yang itu… sudah tidak sanggup lagi, katanya. Susah benar rasanya jadi orang tua.
Rasanya, keterbatasan ini semakin menjadi-jadi saat umurku sudah serenta ini.
Duduk di sore seperti ini membuat aku terbayang masa lampau. Dulu, ketika muda, aktivitasku sore dan malam sangatlah menyenangkan, duduk dengan anak-anak gaul, ngeband, balap-balapan, dan pacaran… hahaha.
Waktu jadi mahasiswa, kuliahku agak jadi terbengkalai karena jadi aktivis, hehehe… jadi tamatnya lama. Suka buat proposal kegiatan, ada isu hangat masalah pemerintah, giring massa buat demo.
Mulai dari Dosen, Dekan, Rektor, DPRK/D dan sampai ke gubernur pernah kami demo.
Padahal tetap saja buruk!
Kata kawanku, hanya bencana dahsyat yang mampu merubah suatu kaum menjadi lebih baik. Tapi, menurutku itu salah, ketika aku muda dulu, kira-kira 50 tahun yang lalu ada tsunami di Aceh.
Nah, sehebat itu bencana tsunami saja masih ada yang jahat sampai sekarang. Bahkan setelah tsunami banyak orang-orang kaya mendadak, apalagi orang “gila”. Waduh sangat banyak. Dari gila harta dan kekuasaan sampai pada gila terhadap perempuan.
Ah, buat apa aku bicara seperti itu, yang ada buat orang makin marah padaku.
(Nenek datang dari belakang. Kkakek terkejut)
Nenek
Hai… sedang apa itu? selalu bicara yang tidak jelas. Sendiri lagi! Seperti orang tua yang sudah gila saja kakek ini. Bukannya bekerja, malah asyik habisin waktu untuk bicara sendiri.
Kakek
Eee…. Gata itu ya… Kakek ini baru pulang dari sawah, tahu? Makanya Kakek istirahat di sini.
Nenek
o… bilanglah dari tadi.
Mau dibuatin minum?
Kakek
Nah ini, pakai nanya lagi. Buatin kakek juice ya Nenek tersayang. Juice air gula saja biar kakek tambah kuat dan awet muda.
Nenek
Kuat apanya? Sebentar saja sudah ngak sanggup naik tangga lagi. Apalagi angkat beras. Heran kita, selalu di mulutnya kuat ini, kuat itu. Padahal tidak ada apa-apanya. (sambil terseyum)
Kakek
o… digata sudah berani melawan ya. Awas nanti malam. Kita lawan lagi. Cepat buatkan aku juice air gula.
(cucu masuk)
cucu bernama Rania.
Rania
Kakek… Kakek sedang apa di situ?
Kakek
Siap itu? Cucu Kakek ya? Masuk sudah tidak sopan lagi ya, mana salamnya?
Rania
Ya, maaf, Kek. Assalamualaikum Kakek (sambil tersenyum)
kakek
Waalaikum salam. Nyan baru meutuwah namanya.
Rania
Nenek dimana, kek? (mendekati Kakek dan mulai duduk di samping kakek).
Kakek
Ada tu, di belakang, sedang membuatkan kakek juice. Kenapa?
Rania
Juice, Kek!!! Asyik… mau donk!
(Berteriak)
Nenek buatkan untuk Nia juga ya.
Kakek
Astaghfirullah… Tidak baik seperti itu. Kalau mau bilang sesuatu, minta sesuatu, dekati orangnya. Bukan malah teriak-teriak. Kita ini memang tinggal di kampong. Bukan berarti seperti di hutan.
Rania
Maaf!!! Kakek… (sambil mengurut kaki Kakek)
Kakek
Iya…ada apa?
Rania
Kek, Rania mau ke Swalayan. Shoping, Kek.
Mau beli baju, tas, sepatu, dan celana baru.
Kakek
Nyan ban cuco… hai cucuku yang meutuah nan baik wal berbudi luhur.
Itu lihat, dalam kamar Rania. Kalau kita punya toko semua baju itu sudah bisa dijual kembali.
Semua dibawa ke rumah. Yang kemarin dibeli masih bisa dipakai kan?
Rania
Aduh, kakek ini, ngak gaul lah dia.
Masa Nia harus pake baju itu-itu saja. Malulah, apalagi kalau lagi ngumpul sama kawan-kawan. Pasti mereka pakai yang baru semua. Sedang Nia asyik baju dan celana yang itu-itu saja.
Kakek
Nah ini, anak jaman sekarang. Ngak bisa diajar lagi. Asal Rania tahu ya, kakek ini mantan orang gaul juga. Kalau ngak coba Tanya sama Apa Poenyak itu Yahwa Dicky.
Pasti dia kenal gimana kakek dulu.
Rania
Tapi itukan dulu, kek. Jaman sekarang sudah beda, Kek. Sekarang sudah canggih.
Kakek
Itulah, udah kelewatan canggih. Jadinya aneh…
Ya sudahlah, Kakek nyerah saja. Kakek capek baru pulang dari sawah.
Rania
o… ya sudah, Rania berangkat ya…
Kakek
Iya, hati-hati di jalan ya. Jangan telat pulang.
Rania
Aduh, Kakek kok ngak ngeti-ngerti juga sich.
Kakek
Ngak ngerti apanya? Tadikan Nia bilang mau pergi beli ini dan itu. Ya sudah hati-hati di jalan saja.
Pesan kakek jangan beli yang aneh-aneh saja.
Rania
Iya…hai… Nia akan hati-hati di jalan. Tapi Kek, labi-labi kan minta ongkos?
kakek
Ya iyalah… kalau tidak, mereka ngak bisa isi minyak. Memang ada apa dengan labi-labi?
Rania
Ngak ada uang hai Kakek manis…! Bagilah sedikit. Kan Kakek baru jual padi. Hehe…
Kekek
Cucu yang baik… urusan uang tidak meleset sedikitpun. Sudah kekek bilang dari dulu, apapun kakek kasih buat kamu. Tapi, kamu harus mengerti juga keadaan kehidupan kita. Dan ingat satu hal, dari pada kamu belanja ini dan belanja itu, baiknya kamu beli buku saja.
Nanti bisa kamu pakai buat kuliah.
Rania
Yah kakek, ngak ngerti-ngerti juga. Ngak gaul dech kakek ini.
Kakek
Bukan seperti itu, nak. Kakek ngak mau orang bilang yang bukan-bukan untuk keluarga kita.
Emak dan Bapakmu adalah orang yang sangat di hormati di kampung ini.
Itu karena Kakek. Didikan Kakek yang membuat mereka dekat dan akrab dengan orang kampung.
Tapi, semenjak mereka meninggal dalam tsunami. Rumah ini jadi sepi.
Emakmu adalah anak Kakek satu-satunya.
Makanya kakek sayang sekali sama kamu, Rania. Kakek mau kamu jadi cucu yang baik.
Cucu yang selalu patuh dan menjadi anak yang selalu menghaturkan doa untuk orang tuanya.
Rania
Iya, Kek. Rania mengerti.
Kakek
Ya sudahlah, kamu sudah dewasa sekarang. Berbuatlah yang terbaik untukmu dan keluarga.
Kakek mau cari nenekmu dulu. Kita suruh buat juice sampai sekarang belum datang-datang.
(Kakek Keluar)
Adegan II
(Rania termenung sendiri)
Rania
Ah, pikir apa aku tentang yang dikatakan Kakek. Sekarang yang harus aku pikirkan bagaimana mendapatkan bantuan dana dari kakek. Padahal baju-baju kemarin itu udah tidak bagus lagi.
Malu aku, malu.
(masuk kawan-kawan Rania)
Dela
Hei,.. lagi ngapain? Kok belum siap-siap? Ngak jadi kita shoping hari ini?
Rania
Entahlah, Del. Aku juga ngak tahu. Keadaannya ngak seperti yang kubayangkan.
Nita
Ya sudah, tidak usah dibicarakan lagi. Kalau tidak jadi pergi, kita duduk-duduk di sini aja. Mau kan? Mungkin aja bang Mamat lewat sini nanti.
Dela
Ya benar juga itu. Tapi mana enak jaman sekarang kalau ngobrol ngak ada minuman. Hehehe…
Rania
Jangan suruh aku, lagi malas ne! Ambil aja di belakang. Aku lagi pusing mikirin gimana cara dapetin uang dari Kakek. Blum lagi mikir kuliah. Puising aku!
Dela
Iya ne, aku juga udah malas. Mana ntar lagi UAN. Ke, tahu ngak? Guru-guru kita semuanya pada ngak mau bantu ni. setahu aku mereka kecewa sama sikap si Juli dan kawan-kawannya yang sering demo ini… demo itu, nteh apa ntah…
Rania
Udah… udah jangan bilang-bilang buat orang. Ngak baik. Mending kita pikirin gimana caranya bisa sukses di UAN nanti. Apa kalian semua ngak takut klu ngak bisa lanjutin sekolah?
Dela
Aduh,… aku malas kali bicara ma kalian. Gimana caranya kita buat si Juli mampus sekali. Gara-gara dia sekolah kita jadi ribut. Kepala sekolah diganti, anak-anak ngak tahu lagi tempat tongkrongan.
Pokoknya ngak seru lagi dech.
Rania
Jangan lah. Juli kawan kita juga. Hanya saja dia terpengaruh sama si Robet yang busuk itu.
Dela
Alah, sok-sok jadi anak baik juga kalian semua. Aku bawa barang ni mau ngak?
Rania
Huyuuuuuuuuu…. Itu baru mantap. Buatin buat aku juga ya.
Bentar ya. Aku liat Nenek sama Kekek dulu. Jangan sempe mereka tau. Bisa mampus aku.
(Rania keluar)
Adegan III
Nita
Aku juga maulah. Pokoknya kita hari ini bisa bersenang-senang.
Dela
Kira-kira Kakek sama Nenek mu ngak tahu kan, Ta?
Nita
Ntah, ngak usah dipikir. Buat dulu. Ntar klu ngak bisa make’ di sini. Kita keluar aja.
Gampangkan? Yang penting santai ja!
Dela
Bukan gita, Ta. Kita juga perlu was-was. Namanya aja orang tua mana ada yang mau anaknya
Kedapetan make yang ginian. Ya ngak?
Nita
Alah,.. cemen! Takut. Ngak usah aja. Biar aku ma Rania ja. Gampangkan?
Dela
Masa gitu…? Aku yang bawa, kalian yang pake?
Nita
Iya, makanya jangan bawel.
(Rania masuk)
Dela
Gimana, Ra?
Rania
Aman, udah aku atur semua. Kalian tenang saja! Buat trus.
Nita
Mantap!
Dela
Mantap-mantap. Mau ngak?
Nita
Yayayayaya…. Buat sekarang donk. Ngak tahan lagi ne. pengen!!!
Adegan III
(Juli datang)
Juli
Hai kawan-kawan. Sedang apa kalian? lagi pada ngumpul ya?
Nia, maaf aku kerumah tanpa kabari kalian dulu. Nenek dan Kakek di mana?
(Suasana gaduh. Takut ketahuan)
Rania
Ada tuh mereka di belakang. Ngapain kamu kemari? Bukannya kalian ada demo lagi hari ini?
Hahahahaha….
Dela
Iya ne… kan aktivis…
Juli
Kalian marah sama aku ya. Aku udah sadar hai… kami merasa bodoh. Aku pikir baik membuat semua itu. Aku pikir juga bisa merubah pendidikan kita. Tapi, yang kurasakan sekarang sama saja. Mereka ngak pernah berubah-berubah.
Dela
Makanya… dengar apa yang kubilang dari kemarin-kemarin. Mending hidup enjoy aja. Urusan lulus UAN gampang. Biar aku yang atur. Kawan bapakku ada yang bekerja di tempat itu. Biar kubilang sama dia supaya kita bisa diluluskan. Gampang kan? Yang penting uang ngak kurang.
Rania
Hehehe… meskipun kita jahat. Tapi menurutku UAN itu bukanlah hal yang paling menakutkan.
Menyikapi demo-demo yang kalian buat.
Kakekku pernah bilang “jangan pernah berpikir untuk menghapus UAN tapi cobalah untuk melewatinya”.
Itu baru tantangan…. Hahahahahah….. masa bodoh…
Dela
Ada-ada aja Kakek mu. Alah, yok, gabung sini Juli. Kita makek lagi ya.
Juli
Hahahaha… ngak ada matinya ya. Kita tetap satu geng.
Nita
Jelas. Makanya gabung sini. Kita bersenang-senang.
Semua mereka sudah terbawa asyik mabuk oleh narkoba.
(Tiba-tiba dari arah belakang kakek masuk)
Kakek
Hai…punyan? Lagi ngapain kalian di situ?
(Suasana gaduh)
Rania
Ka-ka-ka-kek… ini,… anu.
Dela
(mabuk)
hehehe… Kakek. Mari kek! Bersenang-senang kita.
Kakek
Kurang ajar kalian ya. Ini rumah bukan tampat kalian berbuat dosa tau? Kalian semua udah kelewatan. Kakek lapor polisi sekarang. Kakek ngak mau tau lagi.
Kalian semu sudah buat Kakek sakit hati.
Nita
Maaf, kek! Kami…
(Semua takut dan menangis)
Kakek
Kamu Rania, Kekek udah capek ngerawat kamu. Yang ada buat susah orang tua saja.
Apa kamu ngak sadar kalau orang tua kamu sudah meninggal?
(Dela, Juli, dan Nita lari ketakutan)
Rania
Kakek…. Maafkan Rania, kek.
Kakek
Tidak sudi, pokoknya besok kamu tinggalkan rumah ini.
Rania berlari masuk kedalam kamar
Kakek
Nyan keuh aneukmit. Kita bilang dibantah. Kita bilang lagi mau didengar. Tapi Cuma dengar saja.
Ibu-ibu dan bapak semua yang punya anak. Jaga mereka ya.
Kalau suruh sama saya, saya minta maaf. Sudah tua saya. Ngak sanggup lagi.
Sedih…. Sedih….
Tamat!!!
2 comments:
wahahaa.....
mohon izinnya tuk download. sukron jiddan.
Post a Comment