26.3.09


Ismail Sajaakmal-mr2

Karya: Akmal MR

file ini bisa di download




Seting ruangan: teras depan rumah Madam Lastari.

Music score. Ismail masuk sambil berlari-lari santai menyambut pagi yang indah.


Ismail

Mengapa terjadi

Kepada diriku…

Aku tak percaya

Kau telah tiada… (lirik lagu “Kisah Cintaku” chrisye)


Malam telah pergi… haripun berganti!!!


Ismail

Asalamualaikum. Pagi ini sungguh indah. Bunga-bunga ini pun tersenyum lembut sekali. Kursi-kursi dan meja ini juga mengharapkan elusanku. Aduh… sungguh indah. Ada juga yang merindukanku. Meskipun aku bukanlah orang kaya. Tapi aku sangat senang bisa merasakan seperti orang kaya. Betapa tidak, rindu di mana-mana. Pagi, matahari, embun, meja, kursi, sabun, sapu, air, dll. Mereka rindu akan kehadiranku. Meskipun tak kaya harta, aku kaya kawan. Betul tidak? Jumlah orang merindukanku lebih banyak dari pada yang merindukan kalian. Hahahaha… tak lain yang salalu mengharap kalian hadir selain pacar! Entahlah… aku bosan!


Ismail

Melihat kursi ini. Aku jadi teringat apa yang diceritakan Madam. 25 tahun yang lalu. Tepatnya ketikaku berada dalam kandungan ibu, ayahku meninggal dunia. Kata dokter serangan jantung. Mungkin ayah terlalu capek menjaga ibu. 4 tahun kemudian, giliran ibu. Ibuku meninggal karena bermimpi dijemput ayah. Mimpi itu sangat indah kata ibu. Sayang aku tak bersamanya saat itu. Tinggal sendiri bukanlah hal yang menyenangkan bagi seorang bocah kecil. Untung saja tetangga sebelah baik budi. Aku dijadikannya anak sementara. Hanya sementara. Setiap malam aku menagisi hari. Begitu juga dengan hari, aku tak tahu harus berbuat apa-apa.

Maaf, aku harus menceritakan ini kerena aku ingin kalian bisa lebih merindukan aku ketika aku juga akan dijembut ibu dan ayah dalam mimpi.



Ismail

Suatu malam, aku bermimpi menjadi seorang presiden. Dengan gagahnya aku berdiri di atas sebuah podium besar. Tanganku melambai-lambai ke arah rakyatku. Hahaha… itu hanya mimpi saja. Aku tidak tamat TK karena melempar ibu guru dengan batu sampai berdarah. Tapi aku tidak sengaja. Sumpah, pada hari itu aku hanya ingin melempar mangga yang ada di dekat kelasku. ee… tahu-tahu ibu Irma lewat. Ya, ampun! Tak sangguplah aku ceritakan lagi.


Awal dari cinta liku tanpa bahagia

Sudah suratan cintaku yang pertama

Cinta tanpa kasih tanpa akhir bahagia

Gagal dan punah pada akhir cinta duka (lirik lagu “Akhir Cinta”Panbers)

Madam Lestari

Ismail………………..


Ismail

Siap Madam!!!


Madam Lestari

Tak usah lagi kau menyanyi. Jelas sangat suaramu seperti kaleng terinjak kereta api. Berisik tahu!!!


Ismail

Siap Madam!!!

Aduh… Madam. Kalau teringat dengan Madam… hehehe.. Madam orangnya baik, lucu, cantik, tapi kadang-kadang galak. Seperti itu tadi, menakutkan! Saya sudah lama menjadi pembantu di rumah ini. Rumah ini sudah saya anggap rumah saya sendiri. Karena rumah asli saya sudah di sapu pemerintah. Biasa penertiban kota.


Aku gagal kali ini

Tanpa tangis dan duka

Hanya titik air mata

Dan senyum kehancuran (lirik lagu “Akhir Cinta”Panbers)


Madam Lestari

Ismail…………..


Ismail

Siap Madam. Nyanyi off!



Madam keluar dari rumah. Kipas melambai-lambaikan angin sejuk di wajahnya. Ismail yang melihat itu seperti orang ketakutan. Wajahnya panik


Madam Lestari

He… itu yang rapi ya. Saya tidak mau kawan-kawan arisan saya menertawakan keadaan rumah ini. Saya tidak mau tahu, Mail. Pokoknya kamu harus membersihkan semua rumah ini.


Ismail

Siap madam!!! Semua sudah dalam misi. Madam tak perlu khawatir. Jangankan kawan-kawan Madam. Semua orang pasti akan memuji rumah Madam. Bukankah seperti itu, Madam?


Madam Lestari

Benar! Semua orang tahu kalau Madam Lestari orang paling kaya, paling cantik, dan paling baik! Hahaha…


Dengan yakin Madam mencoba meyakinkan Ismail. Sendangkan Ismail hanya mengangguk saja.

Ismail

Madam memang paling hebat. Saya percaya itu. Oh ya, Madam. Bolehkah saya meminta sesuatu pada Madam?


Madam mencoba menjawab. Muka agak heran dan seolah ingin bertanya akan tetapi langsung terpotong oleh suara Ismail yang cepat.


Ismail

Memang seperti biasanya, Madam selalu memberikan apa yang saya inginkan. Apapun itu Madam. Tapi, kali ini beda Madam. Ini sangat genting Madam.


Madam kembali mencoba bertanya. Tapi terpotong oleh Ismail lagi


Ismail

Oh, tak apa-apa Madam. Saya sangat mengenal Madam!


Madam Lestari

Ah… sudahlah, Ismail. Katakan apa yang kau perlukan! Cepat!!! Saya tidak punya waktu lama, sebentar lagi kawan-kawan saya akan sampai kemari. Saya tidak ingin kau meninggalkan pekerjaan yang tidak selesai. Apa yang ingin kau katakan?


Ismail

Madam… begini. Tapi, Madam…


Madam Lestari

Apa Ismail? Katakanlah!!! Jangan kau buat aku harus menunggu lama. Aku harus mandi dan mempercantik rupaku. Aduh Ismail… seperti tak mengenalku saja!


Ismail

Iya Madam. Maafkan saya!!!

Begini Madam, saya mau pinjam uang sedikit. Benar Madam, tidak banyak!!! Akan saya kembalikan nanti Madam. Atau bisa saja Madam memotong dari gajiku bulan depan.


Madam Lestari

Oh… Ismail. Tidakkah kau melihat Madam mu ini. Orang kaya Ismail… orang kaya!!!

Ngomong-ngomong untuk apa uang itu?


Ismail

Hmmm… anu Madam. Ini, saya kepingin mengajak si Nining ke Bioskop Madam! Itu, Nining pembantunya Ibu Dewi, kawan Madam.

Madam Lestari

Walahwalah Ismail… Ismail… untuk itu aku tidak akan meminjamkanmu uang. Sepeserpun tidak!!! Saya tidak akan mengijinkan kamu meninggalkan Madam sendiri di rumah.


Ismail

Tapi Madam… saya hanya pergi sebentar. Sebentar saja, Madam. Tak akan lama. Saat kawan-kawan Madam pulang. Saya sudah di rumah. Saya janji, Madam.


Madam Lestari

Ya sudahlah, yang penting kamu tidak mengecewakan Madam.


Ismail

Siap Madam!!!


Ismail keluar dengan rasa amat sangat gembira. Sedang Madam, ia agak sedikit merenung karena teringat akan masa-masa indah bersama Tuan. Madam bergegas menuju ke kamar. Ia ingin bersiap-siap karena sebentar lagi kawan-kawannya akan segera ke rumah.


(Music score)


Nining

Assamualaikum… bang Ismail… 3x


Ismail

Duhai bidadari dari kayangan. Kedatanganmu telah kucium saat kau masih berada jauh nun di sana!


Nining

Alah abang ini… padahal biar kita ngak marah. Makanya ngerayu. Basi tau bang!


Ismail

Tidak cinta. Sungguh aku melihat cakrawala dalam dirimu. Aku merasa hari ini sunggu indah. Sungguh menyenangkan bisa bersama kekasih pujaan hati. Bukankah begitu dek Nining abang.


Nining

Nyo kadang… yok kita pergi nanti telat.


Ismail

Iya, sebentar. Madam……. Ismail pergi sebentar ya.


Madam Lestari (dalam kamar)

Iya… ingat janjimu!!!


Ismail

Siap Madam!!!


Nining

Memang ada janji apaan dengan Madam?

Ismail

Madam suruh beli nasi bebek. Makanya kita tidak boleh lama pergi.


Nining

Ya sudahlah.


Ismail

Jangan marahlah hai cintaku. Sungguh hancur hati ini jika kau telihat murung.


Nining dan Ismail keluar pentas menuju bioskop


Madam Lestari

Pada kemana ini ibu-ibu? Sudah jam segini kok belum ada yang nongol-nongol. Apa mungkin mereka lupa. Awas kalau mereka sampai tidak ke rumahku hari ini. Aduh, tidak seperti biasanya mereka terlambat. Apalagi hari ini kita akan membahas masalah belanja perhiasan tahun baru. Aduh… mana gossip-gosip baru makin hot aja…


Tak lama kemudian datanglah segerombolan ibu-ibu persatuan Madam.


Ibu Dewi

Aduh… Madam… pasti sudah lama menunggu. Maafkan saya terlambat. Itu, si Nining, katanya pergi belanja. Tapi belum pulang-pulang. Ya, terpaksa saya yang harus membuatkan minuman untuk bapak anak-anak.


Madam Lestari

Oh… si Nining. Mungkin dia belanja ke bioskop.


Ibu Ida

Aduh… kok jadi bahas masalah pembantu. Jadi tidak kita ngerumpi ini?


Ibu Ratna

Jadi donk… masa sudah jauh-jauh datang hanya untuk membahas masalah pembantu. Perhiasan donk. Itu yang paling penting. Betul tidak?


“Betul”

(Serentak ibu-ibu perkumpulan madam menjawab kemudian bergegas menuju tempat duduk)


Madam Lestari

Jadi, bagaimana ibu-ibu? Jadi kita ke Paris untuk beli perhiasan-perhiasan baru. Saya sudah lama tidak ke Perancis.

Ibu Ida

Aduh… ngapain kita ke Paris memang kita mau beli parfume? Bukankah lebih baik kita pergi ke Milan? Itu kan kota mode di Italia. Ini lo perhiasan dari Milan. Benar lho bu. Di sana sangat bagus-bagus perhiasannya.


Ibu Ratna

Memang betul. Saya pernah ke Milan. Bulan lalu saya dengan keluarga pergi berbelaja ke sana. Sekalian berlibur. Ibu tahu toko (nama tempat). Toko itu adalah toko perhiasan terbesar yang berada di pusat kota Milan. Temptnya sangat ramai, sejuk, banyak turis-turis asing selain orang Italian belanja perhiasan di situ. Saya masih ingat benar lokasinya karena saya banyak mengambil foto bersama keluarga di sana. Oh,… pasti Ibu Ida beli perhiasan itu di toko itu juga ya?


Ibu Ida

Hehehehe… ini hadiah dari saudara saya. Dia juga menceritakan bagaimana indahnya kota Milan padaku.


Serentak perkumpulan Madam tertawa terbahak-bahak dan mengucilkan Ibu Ida.


Ibu Dewi

Aduh… ibu-ibu… ngapain jauh-jauh ke Italia. Bukankah di toko Harun Geusyik Leumik lebih bagus-bagus dan murah harganya. Kualitasnya juga tidak kalah dibandingkan dengan yang ada di luar negeri. Kalau memang mau saya bisa mengantarnya ke sana. Atau memang kita bisa belanja langsung ke toko-toko perhiasan yang ada di Peunayong. Sangat banyak pilihannya.


Ibu Ida

Hemmmm… Ibu Dewi ini. Alah sudahlah lupakan saja dulu masalah perhiasan. Oh ya, bagaimana nilai akhir semester anak ibu dewi. Kalau anak saya mendapatkan nilai yang cukup bagus. Makanya saya membelikannya satu mobil baru.


Ibu Dewi

Alah ibu… anak-anak kok dimanjakan. Anak saya, si Rahmat nilanya juga sangat bagus. Akan tetapi saya cukup memberinya satu laptop yang bagus untuk kepentingan kuliahnya. Kalau ibu Ratna bagaimana?


Ibu Ratna

Itulah kami baru pulang dari Milan karena anak-anak saya semua mendapat nilai yang bagus. Makanya kami berlibur ke kota Milan. Hehehe…


Madam Lestari

Ooo… kenapa minumannya tidak diminum. Apa mungkin tidak enak? Atau memang tidak haus?


Ibu Dewi

Bapak anak-anak hari ini diundang untuk menghadiri rapat investor di Jakarta. Biasa pengusaha kan sibuk-sibuk dikit!

Ibu Ida

Aduh suami sekarang berada di Arab Saudi membahas mesalah gejolak minyak dunia. Benar ibu-ibu. Suami saya diundang OPEC lho. Itu yang bagian minyak dari negara-negara dunia.



Ibu Ratna

Kalau suami saya bulan ini ambil cuti karena masih kelelahan pulang dari kota Milan.


Madam Lestari

Bukankah ada topik yang lebih menarik ketimbang harus menceritakan masalah keluarga? Saya ingin sekali ke luar negeri dalam waktu dekat ini. Sebentar ya, saya masuk ke dalam sebentar. Saya mau nelpon si Ismail. Sudah lama dia pergi tapi juga belum pulang.


Madam masuk ke dalam


Ibu Ida

Aneh sekali ya si Madam akhir-akhir ini. Ketika kita bicara masalah keluarga, selalu mukanya merengut. Sepertinya ada yang tidak enak pada pembicaraan kita. Mungkin Madam sedang tidak ingin kita bahas masalah keluarga? Atau…


Ibu Dewi

Iya ya… aneh si Madam. Asal kita bicara masalah anak dan suami pasti dia akan mengalihkan pembicaraan. Apa mungkin kita yang salah bicara?


Tiba-tiba telepon genggam ibu Ratna berbunyi


Ibu Ratna

Iya, Pa! Saya segera pulang.


Ibu Ida

Ada apa ibu Ratna?


Ibu Ratna

Saya sudah janji dengan suami saya untuk menghadiri jamuan makan malam dengan besan saya. Itu calon si Farel, kan minggu depan dia akan bertunangan dengan anak seorang kawan kerja suami saya.


Ibu Dewi

Oh… kalau begitu kita pulang sama-sama saja. Saya juga ada janji dengan Jeng Lasmi.


Ibu Ida

Madam… Madam… Kami harus segera pulang karena ada yang harus kami selesaikan.


Sambil keluar madam berbicara



Madam Lestari

Aduh,.. kenapa buru-buru? Bukankah kita belum selesai?

Ibu Dewi

Bukan begitu Madam, kami ada tugas lain. Biasa keluarga!

Madam Lestari

Oh… kalau begitu baiklah. Hati-hati di jalan. Ingat ya, minggu depan giliran rumah ibu dewi ya.


Serentak persatuan ibu-ibu meninggalkan Madam sendiri


Madam Lestari

Bang… seandainya engkau masih di sini. Pasti hidup Lastri akan lebih indah dan lebih bersemangat. Mungkin Lastri yang salah telah membuatmu terlalu sibuk bekerja sehingga engkau tak lagi memiliki waktu luang untuk kita berbagi cinta.

Bang… aku merindukan kehadiran seorang anak. Hati ini terasa sepi bang!!!

Sungguh sesak rasanya menjadi seorang istri tapi tidak pernah lengkap karena tidak memiliki buah hati yang selalu kita dambakan dulu.


Bang… ingatkah kau pada Lastri? Di sini Lastri selalu menunggu kepulangan abang. Lastri tahu mungkin itu mustahil terjadi. Akan tetapi entah kenapa cinta ini yang selalu membuat Lastri selalu tegar menunggu kehadiran abang.


Aku selalu sedih mendengar ibu Ida yang terus-terusan membanggakan anak-anaknya. Ibu Dewi yang tidak henti-hentinya menceritakan tentang suaminya. Sedangkan Lastri, Lastri pasti terdiam dan tercengang merindukan kehadiran abang. Apa harus Lastri yang menjemput abang ke Paris?


Semenjak kepergian abang, Lastri mengambil Ismail. Dulu, Lastri ingin menjadikan dia sebagai anak Lastri. Namun, agar tidak dipermalukan oleh-oleh kawan-kawan Lastri, Lastri menjadikan Ismail sebagai pembantu. Setidaknya kehadiran Ismail bisa membunuh rinduku yang begitu sesak ini. Apa harus kukatakan sejujurnya pada Ismail kalau sebenarnya telah menganggapnya sebagai anak kita. Bang, apa yang harus Lastri lakukan? Lastri sangat merasa kesepian.


Seperti senja yang telah kita tunjuk sebagai tempat berteduh ketika rindu memburu. Seperti itulah kini Lastri. Lastri kini telah menjadi senja itu. Senja yang dulu pernah kita banggakan karena selalu menemani hari-hari kita. Tapi kini senja itu telah lelah. Lelah pada hari yang selalu enggan tersenyum cerah.


Ismail tercengang melihat Madamnya berkata seperti itu sambil mengis..


download naskah ismail saja

2 comments:

yuliardhi said...

om minta ya plise deh buat reading reading aja

Movaz said...

kenalan bozzz... saya silahkan berkunjung mampir ke blog saya... terimakasih