19.5.12

arsip berita: acehcorner.com

Banda Aceh – Episentrum Ulee Kareng akan melaksanakan pemutaran film “Negeri di Bawah Kabut” (The Land Beneath The Fog) pada Kamis, 17 Mei 2012, pukul 15.00 WIB.

Film dokumenter bertema lingkungan ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat petani di desa Genikan di lereng gunung Merbabu yang menggunakan kalendar tradisional Jawa untuk menandai pergantian musim bercocok tanam dan mereka dibuat bingung oleh musim yang sedang berubah. Tanpa sadar mereka sedang menghadapi perubahan tanpa mereka mengerti alasannya.

Muryati (30 tahun) dan Sudardi (32 tahun), berusaha memahami kenapa hujan turun lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Gagal panen dan harga jual yang terlalu murah menjadi ancaman.


Sementara itu Arifin (12 tahun) dihadapkan pada pertanyaan, masa depan seperti apa yang ditawarkan kepadanya? Pada usia yang masih sangat muda, dia harus berhadapan dengan sistem sekolah negeri yang korup. Film yang berdurasi sekitar 105 menit ini adalah sebuah puzzle tentang kehidupan sebuah komunitas yang tengah berusaha untuk keluar dari lingkaran kemiskinan yang menjebak mereka.

Film ini diputar dalam rangkaian pemutaran di 16 kota di Indonesia, setelah sebelumnya telah diputar di luar negeri yaitu di Dubai dan Singapura. Sutradara film, Shalahuddin Siregar menjelaskan proses awal proyek film yang bernaung di bawah rumah produksi Studio Kecil dimulai tahun 2006 melalui riset yang dilakukannya bersama tim selama dua tahun dan dilanjutkan proses produksi dan pembuatan film yang memakan waktu empat tahun.

Produksi film ini mendapat dukungan dari Goethe-Institut Jakarta, Dewan Kesenian Jakarta, Ford Foundation, dan Blue Post Asia. Proyek film yang mulai terealisasikan 2009 melalui program kerja sama Goethe-Institut Jakarta dan Dewan Kesenian Jakarta, yaitu “Documentary Cinema Capacity Building Programme: Indonesia-Ten Years After Reformasi”. Sebelumnya, pada tahun yang sama pra-proyek film ini juga turut terpilih untuk dikembangkan lebih lanjut melalui program “Doc Station 2009 Berlinale Talent Campus Berlin International Film Festival” bersama 11 proyek film lainnya dari 11 negara yang lolos seleksi dari 3.800 pelamar yang berasal dari 128 negara.

Film ini diganjar Special Jury Prize untuk Penghargaan Muhr Asia Africa Documentary Awards pada ajang The 8th Dubai International Film Festival (DIFF) 2011 dan Official Selection Singapore South East Asian Film Festival 2012.

Pemutaran ini tanpa dikenakan karcis masuk dan akan dilaksanakan di Minima Theater Episentrum Ulee Kareng, Jl. Lamreung, No 20, Ulee Kareng, Banda Aceh. Setelah pemutaran film, akan dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan sutradara film, Shalahuddin Siregar.

Shalahuddin adalah salah satu finalis Eagle Award 2005—kompetisi film dokumenter yang diadakan oleh Metro TV dan InDocs. Sejak itu dia terus mendalami pembuatan film dengan mengikuti workshop, di antaranya menjadi observer pada Script Development Jakarta International Film Festival 2005. Pada tahun 2009 dia terpilih menjadi salah satu peserta Berlinale Talent Campus ke 7, sebuah workshop untuk filmmaker muda yang diadakan di Berlin, Jerman. Dia terpilih dari 3800 pelamar dari 128 negara. Pada kesempatan itu dia mempresentasikan proyek film dokumenter ini.

Akmal mewakili panitia penyelenggara mengatakan bahwa film ini dikenal karena pesan dan sinematografinya yang bagus. “Bukan tidak mungkin nantinya para sineas muda dan peminat film di Aceh yang menonton film ini tergerak untuk membuat film dokumenter yang mengangkat isu kearifan lokal di Aceh.”[]

0 comments: