19.5.12



arsip berita: acehkita.com

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM–Episentrum Ulee Kareng akan memutar film “Negeri di Bawah Kabut” (The Land Beneath The Fog) pada Kamis (17/5), pukul 15.00 WIB. Film dokumenter yang diputar dalam rangkaian pemutaran di 16 kota di Indonesia itu bertemakan lingkungan.

Akmal M Roem, panitia penyelenggara pemutaran film dalam rilisnya menyebutkan, film itu dikenal karena pesann dan sinematografinya yang bagus. “Bukan tidak mungkin nantinya para sineas muda dan peminat film di Aceh yang menonton film ini tergerak untuk membuat film dokumenter yang mengangkat isu kearifan lokal di Aceh.”

Setelah pemutaran film, kata Akmal, acara akan dilanjutkan dengan diskusi bersama sang sutradara film berdurasi 105 menit itu yakni Shalahuddin Siregar.


“Shalahuddin adalah salah satu finalis Eagle Award 2005. Sejak itu dia terus mendalami pembuatan film dengan mengikuti workshop, di antaranya menjadi observer pada Script Development Jakarta International Film Festival 2005,” sebutnya.

Dijelaskan, pada tahun 2009 Shalahuddin terpilih menjadi salah satu peserta Berlinale Talent Campus ke 7, sebuah workshop untuk filmmaker muda yang diadakan di Berlin, Jerman. Dia terpilih dari 3800 pelamar dari 128 negara.

Sekilas sinopsis film tersebut disebutkan Akmal bahwa film itu menceritakan tentang kehidupan masyarakat petani di desa Genikan di lereng gunung Merbabu yang menggunakan kalendar tradisional Jawa untuk menandai pergantian musim bercocok tanam dan mereka dibuat bingung oleh musim yang sedang berubah. Tanpa sadar mereka sedang menghadapi perubahan tanpa mereka mengerti alasannya. Muryati (30 tahun) dan Sudardi (32 tahun), berusaha memahami kenapa hujan turun lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Gagal panen dan harga jual yang terlalu murah menjadi ancaman. Sementara itu Arifin (12 tahun) dihadapkan pada pertanyaan: masa depan seperti apa yang ditawarkan kepadanya? Pada usia yang masih sangat muda, dia harus berhadapan dengan sistem sekolah negeri yang korup. Film yang berdurasi sekitar 105 menit ini adalah sebuah puzzle tentang kehidupan sebuah komunitas yang tengah berusaha untuk keluar dari lingkaran kemiskinan yang menjebak mereka,” demikian Akmal.[]

0 comments: