2.11.14



stiker bikinan bang Amay :P

Tidak ada hujan malam ini. Tapi November datang dengan penuh suka cita di antara kerumunan manusia yang selalu setia berpuisi. Apakah mereka, atau kami, setidaknya telah memilih satu tempat untuk berkumpul merayakan malam dengan puisi-puisi.

Seperti biasanya, setiap dua bulan sekali, komunitas @KotaJancuk selalu konsisten memilih Sabtu malam di minggu pertama sebagai malam penuh cinta. Entah alasannya apa, yang jelas Malam Puisi Surabaya menjadi tempat alternatif berkumpulanya para pujangga, pemusik, seniman, mahasiswa, tukang sulap atau profesi lainnya yang hemat saya beranggapan bahwa malam Minggu mereka (kami) adalah Sabtu malam yang antimainstream.

November ini, Malam Puisi Surabaya hadir dengan tema #Lovember.  Tema ini dipilih oleh orang-orang romantis sekali.  Tema yang kemudian menghadirkan pembaca-pembaca puisi yang seru ke atas panggung kecil dan unik.


Di Oost Coffie & Thee, puisi-puisi seolah menjadi ritual penting yang dibacakan untuk menyampaikan hati. Luapan perasaan itu sudah muncul pada awal acara saat Brenda membuka Malam Puisi Surabaya dengan petikan gitarnya. Lalu Dewahoya juga menyanyikan satu lagu miliknya Sheila on 7.

Seperti biasa, Mbak Niken membaca puisi dengan penuh semangat. Kali ini puisi “Ya Habibie (Ya Kekasih Muhammad saw.)” begitu menghentak. Keren! Lalu Aa Muizz dengan “Bangun Tengah Malam” karya Irwan Bajang menambah Malam Puisi semakin khidmat untuk dinikmati. Setelahnya dilanjutkan oleh beberapa pembaca puisi yang sangat seru!

Ini bukan lomba baca puisi. Ini bukan ajang memperlihatkan kehebatan membaca puisi. Tidak ada persaingan. Semua orang yang datang bebas membaca puisi dengan gaya apapun. Malam puisi yang selalu mengusung kalimat, “Datang, Dengar, dan Bacakan Puisimu!” merupakan bentuk perayaan berpuisi secara bebas. Bak tadarus, puisi dibaca dengan terus bersambung. Bebas mau baca puisi siapa aja.

Konon, panggung Malam Puisi juga bisa jadi tempat curhat. Mas Guruh Nusantara ditemani Rossi membawakan puisi miliknya yang berjudul “Ada Cinta di Angka Sebelas” lalu dilanjutkan oleh Ais yang membacakan puisi “Dan Robot Tidak Punya Pelukan yang Mampu Bicara Sampai ke Hatimu" milik @falafu. Serta Diah Rizki membacakan "Hujan dan Memori" milik Saut Situmorang. Seru? Ya seru laaaah… salah sendiri ngak ikutan!

Uniknya, acara Malam Puisi juga diselingi dengan lagu-lagu. Brenda yang lihai memainkan gitar kembali menghipnotis pengunjung dengan lagu “Bukannya Aku Takut” milik Julliete yang juga pernah dipopulerkan oleh Mulan Jameela. Dan pengunjung makin disayat pilu oleh lagu “Apalah Arti Menunggu” Raisa yang dibawakan oleh penyanyi dari Soundcloud Surabaya. Maaak…! Raisaaaaa….

"Cinta Kita tak Membenci Jarak" milik @penagenic yang dibacakan @notanita membuat malam sedikit hening. Mungkin karena… ah. Sudahlah… dia lagi LDR-an katanya.

“Siapa yang di sini suka dengan LDR?” tanya Dewa yang malam itu menemani Akbar Halim menjadi pembawa acara. Semua penonton tercekat pada pertanyaan Dewa. Akbar Halim yang kerap disapa Bombom itu menunjuk beberapa penonton secara acak yang mengganggap mereka sedang LDR-an. Tapi, lantas Dewa melanjutkan kalimatnya, “LDR itu bukan pacaran! Di saat semua orang sedang jalan barengan, berpengangan tangan atau makan bersama, masa malam minggu hanya dihabiskan sambil gandengan handphone?”

Tak melulu bicara cinta, Robertha Andreani muncul dengan puisinya yang menceritakan tentang bagaimana keseharian dia bergumul dengan tugas akhirnya. Calon dokter muda ini sedang menyelesaikan skripsi dan konon katanya masih jomblo alias setia dengan laptop. Duh ~

Giliran Bang Amay membikin hening (ini entah benar) dengan Soneta XC dan XVII milik Pablo Neruda. Tidak teriak-teriak seperti biasanya, Bang Amay sedikit sendu malam ini. Ciyee… (napa sihhh).

Pokoknya ngak kalah dengan "Pada Suatu Senja” milik Kak Mazni yang ketje itu apalagi pemuda karismatik pemilik akun @penagenic yang selalu saja menyedot perhatian banyak orang ketika dia menulis dan membaca puisi. Malam ini dia membakar penonton dengan suara yang cukup sendu juga. Ah.. apalagi gaya baca Kak Vandakemala yang sudah khas itu bikin malam puisi yang bertema #Lovember kali ini memang sedikit gimana gitu. Ah, sampai akhirnya Malam puisi ditutup dengan kolaborasi Brenda dan Rena. Gitu!

orang-orang seru nan puitis
Ada banyak pembaca puisi lain dan hal menarik lainnya yang tak sempat kutulis di sini. Tapi semuanya seru! Aku bahagia bisa bersama mereka. Bisa membaca puisi, mendengarkan mereka membacakan puisi. Apalagi ngumpul rame dengan orang-orang seru seperti itu bikin malam jelas seru sekali.

November yang meninggalkan Oktober dengan baik sekali datang dengan penuh cinta di sini. Ya, Oktober tidak pergi dengan gelisah. Ia menitip waktu pada November basah. Akan ada kejutan, doa, dan harapan. Semoga kita selalu bahagia. Semoga kita selalu ceria! Sampai jumpa di Malam Puisi Surabaya di bulan selanjutnya!
 

mari bertukar cerita. Temui saya di:
twitter           : @vanroem
Facebook      : Akmal M Roem
Instagram      : vanroem
email             : akmalmroem@gmail.com



0 comments: