stiker bikinan bang Amay :P |
Tidak ada hujan malam ini. Tapi November datang dengan penuh suka
cita di antara kerumunan manusia yang selalu setia berpuisi. Apakah mereka,
atau kami, setidaknya telah memilih satu tempat untuk berkumpul merayakan malam
dengan puisi-puisi.
Seperti biasanya, setiap dua bulan sekali, komunitas @KotaJancuk
selalu konsisten memilih Sabtu malam di minggu pertama sebagai malam penuh
cinta. Entah alasannya apa, yang jelas Malam Puisi Surabaya menjadi tempat alternatif
berkumpulanya para pujangga, pemusik, seniman, mahasiswa, tukang sulap atau
profesi lainnya yang hemat saya beranggapan bahwa malam Minggu mereka (kami)
adalah Sabtu malam yang antimainstream.
November ini, Malam Puisi Surabaya hadir dengan tema #Lovember. Tema ini dipilih oleh orang-orang romantis sekali. Tema yang kemudian menghadirkan pembaca-pembaca puisi yang seru ke atas panggung kecil dan unik.
Di Oost Coffie & Thee, puisi-puisi seolah menjadi ritual
penting yang dibacakan untuk menyampaikan hati. Luapan perasaan itu sudah
muncul pada awal acara saat Brenda membuka Malam Puisi Surabaya dengan petikan
gitarnya. Lalu Dewahoya juga menyanyikan satu lagu miliknya Sheila on 7.
Seperti biasa, Mbak Niken membaca puisi dengan penuh semangat. Kali ini puisi “Ya Habibie (Ya
Kekasih Muhammad saw.)” begitu menghentak. Keren! Lalu Aa Muizz dengan “Bangun Tengah
Malam” karya Irwan Bajang menambah Malam Puisi semakin khidmat untuk dinikmati.
Setelahnya dilanjutkan oleh beberapa pembaca puisi yang sangat seru!
Ini bukan lomba baca puisi. Ini bukan ajang memperlihatkan
kehebatan membaca puisi. Tidak ada persaingan. Semua orang yang datang bebas
membaca puisi dengan gaya apapun. Malam puisi yang selalu mengusung kalimat, “Datang, Dengar, dan Bacakan Puisimu!” merupakan bentuk perayaan berpuisi
secara bebas. Bak tadarus, puisi dibaca dengan terus bersambung. Bebas mau baca
puisi siapa aja.
Konon, panggung Malam Puisi juga
bisa jadi tempat curhat. Mas Guruh Nusantara ditemani Rossi membawakan puisi
miliknya yang berjudul “Ada Cinta di Angka Sebelas” lalu dilanjutkan oleh Ais
yang membacakan puisi “Dan Robot Tidak Punya Pelukan yang Mampu Bicara Sampai ke
Hatimu"
milik @falafu. Serta Diah Rizki membacakan "Hujan dan
Memori" milik Saut Situmorang. Seru? Ya seru laaaah… salah sendiri ngak
ikutan!
Uniknya, acara Malam Puisi juga diselingi dengan lagu-lagu. Brenda
yang lihai memainkan gitar kembali menghipnotis pengunjung dengan lagu “Bukannya
Aku Takut” milik Julliete yang juga pernah dipopulerkan oleh Mulan Jameela. Dan
pengunjung makin disayat pilu oleh lagu “Apalah Arti Menunggu” Raisa yang
dibawakan oleh penyanyi dari Soundcloud Surabaya. Maaak…! Raisaaaaa….
"Cinta Kita tak Membenci Jarak" milik
@penagenic yang dibacakan @notanita membuat malam sedikit hening. Mungkin karena…
ah. Sudahlah… dia lagi LDR-an katanya.
“Siapa yang di sini suka dengan LDR?” tanya Dewa yang malam itu
menemani Akbar Halim menjadi pembawa acara. Semua penonton tercekat pada
pertanyaan Dewa. Akbar Halim yang kerap disapa Bombom itu menunjuk beberapa
penonton secara acak yang mengganggap mereka sedang LDR-an. Tapi, lantas Dewa
melanjutkan kalimatnya, “LDR itu bukan pacaran! Di saat semua orang sedang
jalan barengan, berpengangan tangan atau makan bersama, masa malam minggu hanya
dihabiskan sambil gandengan handphone?”
Tak melulu bicara cinta, Robertha Andreani muncul dengan puisinya
yang menceritakan tentang bagaimana keseharian dia bergumul dengan tugas
akhirnya. Calon dokter muda ini sedang menyelesaikan skripsi dan konon katanya
masih jomblo alias setia dengan laptop. Duh ~
Giliran Bang Amay membikin hening (ini entah benar) dengan Soneta
XC dan XVII milik Pablo Neruda. Tidak teriak-teriak seperti biasanya, Bang Amay
sedikit sendu malam ini. Ciyee… (napa sihhh).
Pokoknya ngak kalah dengan "Pada
Suatu Senja” milik Kak Mazni yang ketje itu apalagi pemuda karismatik pemilik
akun @penagenic yang selalu saja menyedot perhatian banyak orang ketika dia
menulis dan membaca puisi. Malam ini dia membakar penonton dengan suara yang
cukup sendu juga. Ah.. apalagi gaya baca Kak Vandakemala yang sudah khas itu
bikin malam puisi yang bertema #Lovember kali ini memang sedikit gimana gitu. Ah,
sampai akhirnya Malam puisi ditutup dengan kolaborasi Brenda dan Rena. Gitu!
orang-orang seru nan puitis |
Ada banyak pembaca puisi lain dan hal menarik
lainnya yang tak sempat kutulis di sini. Tapi semuanya seru! Aku bahagia bisa
bersama mereka. Bisa membaca puisi, mendengarkan mereka membacakan puisi. Apalagi
ngumpul rame dengan orang-orang seru seperti itu bikin malam jelas seru sekali.
November yang meninggalkan Oktober dengan baik
sekali datang dengan penuh cinta di sini. Ya, Oktober tidak pergi dengan
gelisah. Ia menitip waktu pada November basah. Akan ada kejutan, doa, dan
harapan. Semoga kita selalu bahagia. Semoga kita selalu ceria! Sampai jumpa di
Malam Puisi Surabaya di bulan selanjutnya!
mari
bertukar cerita. Temui saya di:
twitter
: @vanroem
Facebook : Akmal M Roem
Instagram : vanroem
email : akmalmroem@gmail.com
Facebook : Akmal M Roem
Instagram : vanroem
email : akmalmroem@gmail.com
0 comments:
Post a Comment