Aku hanya punya waktu sekitar
lima belas menit. Tidak lebih. Waktu yang juga harus disisihkan di antara
istirahat dari kelas yang semakin membuat kepala merunduk. Semakin aneh. Yang bisa
dilakukan hanya memusatkan pandangan pada meja, laptop dan semua pikiran bertumpu
pada kebingungan. Kelas memang tenang. Tapi pikiran kami sangat berisik! Untung
saja tidak anarkis. RPP, Silabus dan Bahan Ajar! Astagfirullah…
Tapi ini waktunya istirahat. Hanya
dua puluh menit saja. Tiga menit ke lantai dasar dan pasti selesai memesan kopi
di kantin sama si kakak yang sudah juga menggoreng jamur tepung. Tambah sambal.
Pedas dan ada mayonais. Lima menit kalau kakak di kantin bisa sibuk aku juga
sibuk memilih kerupuk. Sambil mengunyah makanan dan memilah-milih pikiran yang baik,
sisa waktunya tentu pilihanku jatuh pada hanphone bagus milikku? Hanya saja,
kali ini sisa waktu itu harus aku gunakan untuk menulis surat untukmu. Entah surat
ini bisa hidup di matamu. Atau mati dipikiranku. Aku tidak boleh berharap
banyak karena waktu yang aku punya juga tidak begitu banyak. Apa hubungannya?
Srupppp… tegukan pertama!
Hai, nona! Terakhir kali kita
berbicara, kau menitipkan banyak rindu padaku. Kadang, rasanya rindu itu tumpah
begitu saja. Bahasa lainnya aku tidak sanggup menampungnya. Terlalu berat. Eciye….
soooo roooomance… Tapi betul! Semakin
kau tidak peduli padaku. Semakin rindu berusaha mendekatkan aku padamu. Tapi jangan
merajuk. Atau memintaku untuk membuat sesuatu agar ketika aku jauh seperti ini
kau punya teman, setidaknya begitu. Hanya saja, tentunya, aku tak punya kuasa
membuat taman buatmu. Layaknya Putroe Phang (Putri Pahang) yang aku rasa-rasa “memaksa”
si Sultan Iskandar Muda menyelesaikan sebuah taman bagus untuk membunuh sedihnya
perempuan. Ah, biarlah! Tapi jelas aku punya rindu yang sama. Rindu seorang
sultan? Bukan! Rindu Doraemon ya! Uhuk!
Srupppp… tegukan kedua!
Kopi ini memang tidak begitu
nikmat. Aku bukan tipe manusia yang suka membandingkan sesuatu hal. Apalagi harus
berkata bahwa kopi kampungku lebih hebat rasanya. Tidak. Masih untung aku bisa
menikmati kopi. Jadi tidak penting sekali harus bertengkar gara-gara siapa
lebih enak antara ini dan itu. Jiiiiiah, ntah kemana udah surat ini. Biarkan saja!
ini suratku kok. Kita tidak selalu bertengkar soal hal yang bedakan? Masih suka
Robusta atau Arabica? Aku malah mau buat Robica!
Srupppp… tegukan ketiga!
Hei… apa kabarmu di sana? Apakah
caraku berburu senja mengganggu waktumu? Aku tidak sedang mengajakmu
bertengkar. Aku lihat kau menikmatinya. Hanya saja, aku sedikit malu. Aku tidak
tahu mengapa akhir-akhir ini senja padam tepat sebelum ia seharusnya hilang
seperti pada awal aku lihat di puncuk sebuah tiang ia menancapkan diri dengan
cahaya bias yang sempat membuatku tidak bisa berbicara banyak. Malas!
Sruuuppppp… kopi mau abis! :’(
Tapi akhirnya aku bisa
menghadiahimu sebuah senja bukan? Meski sebelahnya sudah dikulum awan. Tapi aku
pikir itu seksi sekali. Karena sepulang matahari ke sana itu, kita masih bisa
menikmati purnama yang sesekali juga sempat dipeluk awan. Tiba-tiba? Tidak. Awan
tidak suka memeluk secara tiba-tiba. Dia tidak belajar dari kita! Jangan terlalu mencintai sunrise karena ia
harapan, tapi kadang ingatlah sunset bila kau mau menenangkan harapan agar kamu bisa menangkap bintang atau memindahkan
bulan.
Ini tidak pegang gelas dulu. Mau
serius nulis.
Tiba-tiba muncul pertanyaan. Aku
ini sebenarnya mau nulis buat siapa? Kok tiba-tiba bisa seperti ini. Tidak punya
arah jelas. Mau nyampein apa gitu pun ngak fokus. Tapi, pikiran itu seperti
tuyul. Berisik dan bisa kubunuh. Biarin! Aku hanya sedang ingin menulis. Biarkan
saja.
Sruuuppp… ini tetasan, belum
terakhir.
Kopi semakin nikmat. Basah ujung
kata si Izwar! Si Bli juga sedang serius sekali mengepulkan asap rokoknya. Mereka
tidak tahu kalau aku sedang menulis surat buat Alien!
Hari yang sama dalam sejarah
kelahiranmu tentu menjadi hari yang penuh kejutan. Apalagi jika kejutan itu
tidak datang dengan sendirinya. Wuih… gimana mau jelasinnya sih, pokoknya
kejutan itu datang-datang jadi seru. Menjadi teman diskusimu adalah kejutan
terbaik. Atau bisa bersandar pada pundakmu juga kejutan. Belum lagi kejutan yang
lainnya…. (ini bergantung sudut pandang! Yang senyum karena sisi negatif, pasti
horror!)
Tadi pagi aku melihat matahari
bagus sekali. Aku masih ingat kalau punya hutang padamu untuk menghadiahimu
purnama, senja dan matahari pagi. Aku pikir itu semua sudah kupenuhi. Tuhan maha
adil. Ia menyatukan semua keindahan pada dua bola mata yang secara diam-diam
menyentuh hati dan menggerakkan otak untuk berpikir tentangmu.
Aku tidak tahu bagiamana aku
saat ini. Jika pun tuhan mengijinkan keajaibannya terjadi; ada kamu di sini. Pastinya
aku juga tidak bisa membunuh rinduku. Entah mengapa rasa ini beda sekali. Jauh sebelum
aku mengenalmu, senja pernah indah pada waktunya. Tapi bisa menghadiahimu
sebuah senja yang akhirnya kita sepakat ia tak utuh rasanya masih bisa kita
sebut sempurna.
Sebenarnya hadiah ini adalah
milik tuhan yang diberikan padamu karena doa-doamu. Karena airmatamu. Karena kecintaanmu
padanya. Karena kasih sayangmu. Karena kamu. Aku hanya tukang pos yang tidak
memiliki alamat jelas tapi suka berenang. Makanya aku terpilih. Mungkin!
Ini namanya bulan. Kalau indah harus dilihat dari jauh! |
Itu namanya matahari pagi yang sembunyi jauh sekali... |
Nah, itu senja. yang aku buru sendiri.... untukmu... :* |
Sejauh ini, aku paham dengan
kerasanya hidup yang harus kau lalui. Sekalipun banyak hal yang tak pernah kau
bagikan padaku. Aku tak pernah merasa berhak apalagi menuntutmu untuk
bercerita. Itu hakmu. Aku tidak akan selalu berada di depanmu, tidak juga bisa
terus di sampingmu, apalagi membuntutimu dari belakang. Hanya di ketiga tempat
itu ada aku. Yang kadang datang dengan caraku sendiri. Yang kadang tidak pernah
membuatmu tertekan dengan keinginan-keinginanku. Ya ampun! Akhirnya serius
sekali….
Kopi telah habis dan ternyata
memaksaku menyelesaikan tulisan aneh ini karena jam pelajaran sudah berganti. Tapi,
pada siapa aku tujukan ini semua? Andai ada, pasti akan ku tulis:
4x4 sama dengan 16! Sempat ngak
sempat jangan dibalas!!!!
Jika hujan, cintai dia. Karena
setiap air yang luruh dari langit adalah doa dan kerinduanku. Jika panas,
nikmati keindahan cahaya, karena sesungguhnya cahaya cintamu lebih agung karena
ciptaan tuhan maha agung. Dah dulu ya… mau masuk kelas!
Aku kangen kamu!
Surabaya, 17 Maret 2014
@vanroem
0 comments:
Post a Comment