2.4.14


Si Ibu sedang mengolah Rujak Cingur. 

Ke kota manapun, bilamana tak sempat menikmati kuliner khas kota itu, niscaya bisa dikata rugilah perjalanan wisata. Nah ini buat pelencong bukan bagi pekerja yang hanya punya waktu satu dua hari dengan tekanan tugas itu. Karena untuk menikmati satu jenis makanan khas itu jelas perlu waktu khas.

Dan jika Anda saat ini sudah di Surabaya atau nantinya mau ke kota ini, salah satu pilihan kuliner paling tepat adalah Rujak Cingur! Ya, akhirnya pun saya bisa begitu fasih melafalkan nama penganan khas Surabaya ini. Serius, beberapa kali sempat salah sehingga menjadi perdebatan panjang dengan salah satu penggila makanan.

Saat ini, Surabaya memang sedang bagus-bagunya diberitakan setelah walikota ini menyabet beberapa penghargaan atas prestasi walikotanya menjadikan kota besar ini menjadi lebih nyaman dan menarik untuk dikunjungi. Tapi kali ini memang tidak sedang ingin berbicara semua prestasi ibu walikota itu. Karena perihal kuliner salalu saja menjadi perhatian menarik. Tentu saja banyak kuliner khas Jawa Timur yang bisa bebas Anda dapatkan ketika berkunjung ke Surabaya. Salah satunya adalah Rujak Cingur ini.


Ini kali pertama saya melilhat rujak yang bentuknya sangat aneh. Serius! Mirip pecal atau gado-gado. Awalnya saya mengira demikian. Bahkan sempat memasang muka yang aneh saya kata ke penjual, “Mbak itu semua campuran kok bisa ya disebut rujak?” dengan gaya woles mbak penjual itu bilang, “Ya bisa dong. Nah, kalau sama dengan tempat lain, ngak ada yang khasnya donk!”

Bahan utama rujak ini hampir seperti biasanya, ada mangga muda, nanas, bengkuang, mentimun, dan beberapa aneka buah lainnya yang menjadi pilihan utama kala membuat rujak. Hanya saja, tak cukup dengan buah-buahan, dalam rujak ini juga ada campuran sayur-sayuran seperti kangkung, kacang panjang, tauge, dan kentang. Selain itu ada juga tempe goreng, tahu goreng dan juga lontong yang semuanya dicampur aduk dengan bumbu kacang. Pada sajiannya akan lebih lengkap kalau dinikmati dengan beberapa potong kerupuk. Lah? Ini masih rujak?

Secara estetika, nah lho… rujak ini kelihatan memang aneh banget. Penampilan pertama dari keseluruhan bahan yang dicampur aduk, bisa dikata tak beraturan, ini mengubah bentuk rujak menjadi sedikit unik. Warnanya menjadi lebih hitam. Mungkin agak kelihatan jorok dan dalam hati saya, ini maaf, mungkin juga bisa menyerupai lumpur lapindo… hihihihi.. maaf.. memang mirip... -____-“

Tapi slow donk… warna hitamnya itu berasal dari bahan yang namanya petis. Sambal Petis adalah salah satu bumbu khas masakan Surabaya yang konon bahan utamanya adalah udang atau ikan. Bagaimana petis diolah hingga seperti itu? aku juga tidak tahu. Tapi bentuknya seperti dodol dan kenyal. Dari beberapa teman yang saya tanyakan, petis itu adalah air atau uap hasil kukusan udang yang kemudian dimasak kembali.  Tapi untuk pastinya Anda mungkin bisa browsing di internet. Atau bisa saja langsung ke Gresik untuk sekedar bertanya-tanya pada pembuat sambal petis ini.

Baiklah… kembali ke Rujak Cingur! Kali ini saya melihat sendiri bagaimana si ibu menggoyang ulekannya mencampur aduk semua bahan. Awalnya, si Ibu mengambil 6 cabai rawit (untuk dua porsi. Pilihan pedas sesuai selera dengan menentukan jumlah cabai) untuk dihaluskan, lalu ada pisang batu muda, ada terasi, garam, dan gula merah yang semua juga dihaluskan. Kemudian bumbu kacang juga ditambahkan dan akhirnya petis menjadi ujung dari ulekan khas si ibu sebelum semuanya hanyut dalam beberapa takar air. Nah, lihat itu dicampur-campur semua sehingga menyerupai apa itu, lihat pada foto di bawah.

Rujak Cingur yang dibungkus.

Akhirnya jadi. Makanlah kami dengan segenap kenikmatan. Dia menikmati sekali. Sedang aku tidak begitu. Mengapa tidak? Ini, kata dia, namanya shock by Surabaya’s food culture. Bagaimana bisa saya cepat  menikmati sajian seperti ini. Ini kan baru yang pertama kalinya. Jadi wajar donk. Pelan-pelan. Namun akhirnya  saya pun harus benar-benar tertantang untuk menikmatinya.

Rujak Cingur telah beberapa suap masuk ke mulut. Mulai terbiasa dengan rasa yang mengelitik itu. hanya tiba-tiba dia berkata, “tau ngak apa itu cingur?” dan saya sambil mengunyah cingur itu berkata, “mirip kulitnya sapi, apa benar?” ini pasang muka polos banget. Sambil ketawa dia hanya bilang, “itu moncongnya sapi!!! Mulut atau hidunglah. Kenyal!” lantas ngakak dan tak berhenti tertawa melihat saya yang semakin pasang muka tidak menyangka kalau sudah makan moncong sapinya siapa gitu. Hahahaha…

Akhirnya saya berpikir bahwa ini memang unik dan enak. Maka lanjut atau tidaknya hanya kami yang tahu. Bagi Anda pemburu rasa di setiap kota yang Anda kunjungi, Rujak Cingur bisa menjadi salah satu alternatif untuk menambah daftar makanan Anda. Saya berani rekomendasi. Tidak perlu tertantang seperti itu juga sih. Dan ngak penting untuk bisa terpacu adrenalin juga karena ngak perlu memanng. Ini enak dan biasa. Hanya bentuknya aja yang nanti jangan coba dipertanyakan lagi apakah ini rujak atau pecal? Aaaaak!

Pada dasarnya, yang menjadi khas rasa rujak ini terletak pada campuran aduk semua bahan dan si bumbu petisnya itu. Bagi arek Suroboyo petis memang sudah menjadi bagian dari warisan budaya. Banyak makanan yang diolah menggunakan petis sebagai bumbunya. Bahkan ada juga soto petis, tahu goreng petis, dan pelbagai sajian khas lainnya yang menggunakan bumbu ini.
Rujak Cingur sebelum dicampur dengan semua bumbu
Terima kasih buat yang telah mengenalkanku pada sebungkus Rujak Cingur. Setidaknya, kamu itu masih punya janji untuk memberikan kejutan soal makanan-makanan lainnya... nah!

Rujak Cingur patut Anda coba. Walau bagaimanapun, makanan tradisional yang pernah popular lewat lagu Mus Mulyadi, "Rek Ayo Rek" ini justru sudah menjadi simbol makanan kota pahlawan ini. Anda bisa mendapatkan Rujak Cingur dengan harga terjangkau. Mungkin harga setiap tempat bisa jadi berbeda. Konon ada yang menjual Rp 5.000 - Rp. 10.000/porsi. Ada juga yang harganya Rp 15.000 - Rp 30.000/porsi. Di tempat si Ibu yang kami beli tempo hari itu, untuk satu porsi Rujak Cingur kami cuma perlu membayar Rp 10.000 saja. Nah, apakah Anda tertantang mencoba renyah dan gurihnya Rujak Cingur? Kalau aku sih yeesss…

Salam
@vanroem

0 comments: