25.10.13

Jika aku ceritakan pada orang-orang tentang mimpi yang pernah kau kisahkan padaku, pasti mereka akan tersenyum. Setidaknya mereka akan beranggapan bahwa kita masih percaya hal aneh seperti itu. Ah, biarkan saja. Setidaknya, pada senyum yang sedang mereka perlihatkan itu, ada sebuah rasa heran, sedang ternyata diam-diam mereka berusaha untuk percaya.

Aku tidak akan sedemikian lancang menerjemahkan mimpi tentang seorang nenek tua yang kau tumpangi kala itu. Meski sempat kau utarakan padaku, tapi nujum si nenek pada jalan yang kalian lewati itu akan baik kita kenang. Aku lihat kau bahagia sekali; setelahnya. Ah, tapi walau bagaimanapun, kita sudah sepakat bahwa kisah kita tentu bermula di sana. Saat kau tak ingin memagari lagi dirimu dalam kekhawatiran yang seakan terus menerus menekanmu hingga bisa-bisa terpuruk dalam waktu yang amat buruk.

Hanya saja, jika memang kau berasal dari keajaiban mimpi, maka aku akan diam. Tersenyum dan perlu mengingat lagi pada pertemuan yang dirancang tuhan melalui caranya yang baik itu. Aku harus mengiyakan permintaanmu soal menetapkan waktu pertemuan. Bilamana ingin kau kenang dengan benar, aku yakin setidaknya kau perlu satu catatan yang benar pula. Semacam punya dasar. Agar sejarahmu tidak samar.

Aku yakin, orang-orang akan bingung soal ini semua. Tapi percayalah, bahwa di antara percikan bunga api yang pada malam itu secara tidak sengaja telah mendamaikanmu, ada kekuatan yang kemudian membujukku untuk menjaga harapanmu untuk menemukan kebahagiaan bersama waktu yang akan terlewati.

Banyak hal yang ingin aku ceritakan kepadamu. Tapi siapa peduli. Siapa yang bisa percaya pada keanehan-keanehan yang menuntun kita hingga bisa begitu dekat. Ya. Yang padahal aku sama sekali tidak mengenalmu, bisa sedemikian akrab dalam sebuah perjalanan. Bercerita sambil berbagi tawa. Ya. Yang padahal aku sama sekali tidak mengenalmu, tapi akunya bisa menemanimu pulang hingga ke rumah dan membangunkan pagi dengan kopi bikinanmu.

Aku masih penasaran soal si nenek yang tiba-tiba berkata demikian benar soal mimpinya. Ah, aku pikir sudahlah. Aku takut orang-orang yang tidak sengaja membaca ini akan menjadi lebih bingung. Hanya saja, pada waktu yang telah kita lewati ini, aku ingin sekali berkisah. Setidaknya kisah itu akan aku mulai dari pertemuan sederhana hingga permintaanmu menjadi kenyataanku. Tapi nanti. Nanti akan kuceritakan semua. Anggap saja ini hanya semacam mimpi yang samar.[]

0 comments: