Jika aku
ceritakan pada orang-orang tentang mimpi yang pernah kau kisahkan padaku, pasti
mereka akan tersenyum. Setidaknya mereka akan beranggapan bahwa kita masih percaya hal aneh
seperti itu. Ah, biarkan saja. Setidaknya, pada senyum yang sedang mereka perlihatkan
itu, ada sebuah rasa heran, sedang ternyata diam-diam mereka berusaha untuk percaya.
Aku tidak
akan sedemikian lancang menerjemahkan mimpi tentang seorang nenek tua yang kau
tumpangi kala itu. Meski sempat kau utarakan padaku, tapi nujum si nenek pada jalan yang kalian lewati itu akan baik kita kenang. Aku lihat
kau bahagia sekali; setelahnya. Ah, tapi walau bagaimanapun, kita sudah sepakat bahwa kisah kita tentu
bermula di sana. Saat kau tak ingin memagari lagi dirimu dalam kekhawatiran yang
seakan terus menerus menekanmu hingga bisa-bisa terpuruk dalam waktu yang amat
buruk.
Hanya saja,
jika memang kau berasal dari keajaiban mimpi, maka aku akan diam. Tersenyum dan
perlu mengingat lagi pada pertemuan yang dirancang tuhan melalui caranya yang
baik itu. Aku harus mengiyakan permintaanmu soal menetapkan waktu pertemuan. Bilamana
ingin kau kenang dengan benar, aku yakin setidaknya kau perlu satu catatan yang benar pula. Semacam punya dasar. Agar sejarahmu tidak samar.
Aku yakin,
orang-orang akan bingung soal ini semua. Tapi percayalah, bahwa di antara
percikan bunga api yang pada malam itu secara tidak sengaja telah mendamaikanmu,
ada kekuatan yang kemudian membujukku untuk menjaga harapanmu untuk menemukan kebahagiaan
bersama waktu yang akan terlewati.
Banyak hal
yang ingin aku ceritakan kepadamu. Tapi siapa peduli. Siapa yang bisa percaya
pada keanehan-keanehan yang menuntun kita hingga bisa begitu dekat. Ya. Yang padahal
aku sama sekali tidak mengenalmu, bisa sedemikian akrab dalam sebuah perjalanan.
Bercerita sambil berbagi tawa. Ya. Yang padahal aku sama sekali tidak mengenalmu, tapi akunya bisa menemanimu
pulang hingga ke rumah dan membangunkan pagi dengan kopi bikinanmu.
Aku masih
penasaran soal si nenek yang tiba-tiba berkata demikian benar soal mimpinya. Ah,
aku pikir sudahlah. Aku takut orang-orang yang tidak sengaja membaca ini akan
menjadi lebih bingung. Hanya saja, pada waktu yang telah kita lewati ini, aku
ingin sekali berkisah. Setidaknya kisah itu akan aku mulai dari pertemuan
sederhana hingga permintaanmu menjadi kenyataanku. Tapi nanti. Nanti akan
kuceritakan semua. Anggap saja ini hanya semacam mimpi yang samar.[]
0 comments:
Post a Comment