9.8.14


sumber gambar: image.google.com
Momen lebaran Idul Fitri lalu memang sudah lewat, tapi berbagai hal tentang kumpul keluarga masih saja ramai dibicarakan di media sosial. Salah satunya adalah pertanyaan fenomenal “Kapan Nikah?”. Pertanyaan yang rasanya menjadi kata paling popular di kalangan pengguna jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Sebelum lebaran saja, pertanyaan itu sudah 'gentayangan' di berbagai media sosial.

Ketika ditodong pertanyaan ‘berkelas’ itu mungkin juga banyak sekali yang berusaha ngeles atau menjawab dengan gaya santai sembari menyimpan perasaan yang bekecamuk. Duh… apa tidak ada pembahasan yang lebih penting dari pertanyaan itu? Mungkin begitu kira gumam dalam hati saat-saat itu terjadi.

Hal ini sering sekali berdampak tidak baik bagi perasaan. Apalagi jika menilik dari sisi perempuan single yang diambang usia kepala 3, pertanyaan ini akan semakin sering diterima. Okelah kalau sedang merencanakan jika sudah punya pasangan, tapi kalau lagi jomblo, dengan umur segitu, apakah tidak akan muncul perasan stress?

Berikut ini adalah salah satu penggalan tulisan Darwis Tere Liye dari akun facebooknya:
Siapa di sini yang sering sekali ditanya: “kapan menikah?”

Ada yang menerima pertanyaan ini dengan santai, nyengir, tertawa, “Belum dapat jodohnya.” atau “Makanya cariin, dong.”, Ada juga yang menerima pertanyaan ini sedikit formal, tersenyum tipis, mengangguk pelan, “Insya Allah segera.” Ada juga yang jengkel sekali menerima pertanyaan ini. Bahkan dalam titik ekstrem, membuat malas berangkat kondangan, atau menghadiri acara keluarga–tempat di mana modus pertanyaan favorit ini sering muncul. Kenapa orang2 suka sekali bertanya: “kapan menikah?”, “kapan nyusul?” Kenapa orang2 rese sekali pengin tahu? Kepo?

Di twitter, ada beberapa teman saya coba menjelaskan dengan berbagai jawaban unik ketika ditanya, “Kapan Kawin?” ada yang bilang begini, “ketika ditanya begituan, lu makan nastar yang banyak seolah-olah kesedak lalu ke belakang untuk minum air. Lo bisaaa selamat!”

Ngak kalah kocaknya, ada yang bilang begini, “Nah, saat pertanyaan itu muncul, lo seolah-olah kerasukan dan langsung pingsan!”

Kebayang ngak betapa mengerikan pertanyaan itu? Nah, lalu apa alasan orang bisa begitu marah dengan pertanyaan itu? berikut beberapa alasan yang mungkin bisa menjelaskan betapa hal ini tidak boleh ditanyakan pada saat yang tidak tepat. Sila di simak!
1.     Pertanyaan yang Sering Muncul
Kadang menjadi bahan guyonan, pertanyaan seperti ini mestinya tidak perlu terlalu sering ditanyakan. Karena kebanyakan orang akan sangat kesal jika ditanyakan hal-hal sama. Apalagi pertanyaan “Kapan Nikah?” ini merupakan salah satu pertanyaan yang seharunya begitu privasi untuk dijawab bersama keluarga. Tidak mesti sering, pilih waktu tepat agar seorang yang menerima pertanyaan seperti ini tidak memilih diam atau marah.

2.     Faktor Umur
Usia seseorang paling berpengaruh dalam hal munculnya pertanyaan seperti ini. Idealnya seorang perempuan yang berusia di atas 25 tahun tentu sudah menikah. Dan konon perempuan yang berusia di atas 25 tahun bisa lebih sensitif saat mendapatkan pertanyaan ini. Belum lagi bagi yang masih menyandang status jomblo. Ini menjadi faktor buruk dan sangat berpengaruh terhadap psikologinya. Ia bisa menganggap diri sebagai perawan tua yang tidak laku atau sebagai macamnya. Nah!

3.     Sensifitas yang Tinggi
Emosi seseorang tentu berbeda-beda. Namun perempuan cenderung lebih sensitif terhadap pertanyaan ini. Apalagi kalau perempuan atau laki-laki yang memiliki sensifitas tinggi, tentu bisa lebih cepat mudah tertekan hingga muncul depresi. Sering ditanya kalau sudah punya pacar, tapi kalau masih jomblo mau jawab apa?

4.     Pre Menstrual Syndrome (PMS)
Ini masa di mana perempuan menjadi lebih sensitif dari biasanya. PMS sangat sering berdampak pada gangguan psikologis yang kadang membuat wanita menjadi uring-uringan. PMS merupakan sindrom perubahan fisik dan emosional pada seorang perempuan yang masih menjalani siklus mentruasi. PMS dialami oleh hampir 90% wanita yang berusia 20-50 tahun. PMS adalah hal yang wajar bagi seorang wanita. Jika perempuan sudah mudah marah, cemas, sedih, depresi, meningkat nafsu makannya, atau kehilangan keinginan untuk melakukan sesuatu mungkin saja itu gejala PMS pada dirinya. Kan setiap  orang berbeda-beda. Nah, sudah begitu adanya ditambah lagi pertanyaan “kapan nikah?” apa ngak mencak-mencak? Heuheu…
sumber gambar: image.google.com

Siapapun yang hendak ingin menanyakan “kapan nikah?” buat teman kantor, keluarga atau kawan sejawatnya maka perlulah memperhatikan hal yang baik bagi dia. Jangan gara-gara pertanyaan ini muncul lantas membikin hubungan menjadi tidak baik. Setiap orang memiliki jalan hidupnnya masing-masing. Kapan dia mau menikah dan dengan siapa dia akan menikah itu akan tetap menjadi rahasianya. Bukankah Jodoh, rezeki dan kematian adalah rahasia sang pencipta? Kita bisa saja berencana tapi Tuhan tentu tahu apa yang baik buat kita?

Demikian saja! yuk bersapa di twitterku
Follow @vanroem ^_^

0 comments: