sumber gambar: image.google.com |
Momen lebaran Idul Fitri lalu memang sudah lewat, tapi berbagai hal tentang kumpul
keluarga masih saja ramai dibicarakan di media sosial. Salah satunya adalah pertanyaan
fenomenal “Kapan Nikah?”. Pertanyaan yang rasanya menjadi kata paling popular di kalangan pengguna
jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Sebelum lebaran saja, pertanyaan itu sudah 'gentayangan' di berbagai media sosial.
Ketika ditodong pertanyaan ‘berkelas’ itu mungkin juga banyak
sekali yang berusaha ngeles atau menjawab dengan gaya santai sembari menyimpan
perasaan yang bekecamuk. Duh… apa tidak ada pembahasan yang lebih penting dari
pertanyaan itu? Mungkin begitu kira gumam dalam hati saat-saat itu terjadi.
Hal ini sering sekali berdampak tidak baik bagi perasaan. Apalagi jika
menilik dari sisi perempuan single yang diambang usia kepala 3, pertanyaan ini
akan semakin sering diterima. Okelah kalau sedang merencanakan jika sudah punya
pasangan, tapi kalau lagi jomblo, dengan umur segitu, apakah tidak
akan muncul perasan stress?
Berikut ini adalah salah satu penggalan tulisan Darwis Tere Liye
dari akun facebooknya:
Siapa di sini yang sering sekali ditanya:
“kapan menikah?”
Ada yang menerima pertanyaan ini dengan santai,
nyengir, tertawa, “Belum dapat jodohnya.” atau “Makanya cariin, dong.”, Ada
juga yang menerima pertanyaan ini sedikit formal, tersenyum tipis, mengangguk
pelan, “Insya Allah segera.” Ada juga yang jengkel sekali menerima pertanyaan
ini. Bahkan dalam titik ekstrem, membuat malas berangkat kondangan, atau
menghadiri acara keluarga–tempat di mana modus pertanyaan favorit ini sering
muncul. Kenapa orang2 suka sekali bertanya: “kapan menikah?”, “kapan nyusul?”
Kenapa orang2 rese sekali pengin tahu? Kepo?
Di twitter, ada beberapa teman saya coba menjelaskan dengan
berbagai jawaban unik ketika ditanya, “Kapan Kawin?” ada yang bilang begini, “ketika
ditanya begituan, lu makan nastar yang banyak seolah-olah kesedak lalu ke
belakang untuk minum air. Lo bisaaa selamat!”
Ngak kalah kocaknya, ada yang bilang begini, “Nah, saat pertanyaan
itu muncul, lo seolah-olah kerasukan dan langsung pingsan!”
Kebayang ngak betapa mengerikan pertanyaan itu? Nah, lalu apa
alasan orang bisa begitu marah dengan pertanyaan itu? berikut beberapa alasan
yang mungkin bisa menjelaskan betapa hal ini tidak boleh ditanyakan pada saat
yang tidak tepat. Sila di simak!
1.
Pertanyaan yang Sering Muncul
Kadang menjadi bahan guyonan, pertanyaan seperti ini mestinya
tidak perlu terlalu sering ditanyakan. Karena kebanyakan orang akan sangat
kesal jika ditanyakan hal-hal sama. Apalagi pertanyaan “Kapan Nikah?” ini
merupakan salah satu pertanyaan yang seharunya begitu privasi untuk dijawab
bersama keluarga. Tidak mesti sering, pilih waktu tepat agar seorang yang
menerima pertanyaan seperti ini tidak memilih diam atau marah.
2.
Faktor Umur
Usia seseorang paling berpengaruh dalam hal munculnya pertanyaan
seperti ini. Idealnya seorang perempuan yang berusia di atas 25 tahun tentu
sudah menikah. Dan konon perempuan yang berusia di atas 25 tahun bisa lebih
sensitif saat mendapatkan pertanyaan ini. Belum lagi bagi yang masih menyandang
status jomblo. Ini menjadi faktor buruk dan sangat berpengaruh terhadap
psikologinya. Ia bisa menganggap diri sebagai perawan tua yang tidak laku atau
sebagai macamnya. Nah!
3.
Sensifitas yang Tinggi
Emosi seseorang tentu berbeda-beda. Namun perempuan cenderung
lebih sensitif terhadap pertanyaan ini. Apalagi kalau perempuan atau laki-laki yang memiliki
sensifitas tinggi, tentu bisa lebih cepat mudah tertekan hingga muncul depresi. Sering ditanya kalau sudah punya pacar, tapi kalau masih jomblo mau jawab apa?
4.
Pre Menstrual Syndrome (PMS)
Ini masa di mana perempuan menjadi lebih sensitif dari biasanya. PMS
sangat sering berdampak pada gangguan psikologis yang kadang membuat wanita
menjadi uring-uringan. PMS merupakan sindrom perubahan fisik dan emosional pada
seorang perempuan yang masih menjalani siklus mentruasi. PMS dialami oleh
hampir 90% wanita yang berusia 20-50 tahun. PMS adalah hal yang wajar bagi
seorang wanita. Jika perempuan sudah mudah marah, cemas, sedih, depresi,
meningkat nafsu makannya, atau kehilangan keinginan untuk melakukan sesuatu mungkin
saja itu gejala PMS pada dirinya. Kan setiap
orang berbeda-beda. Nah, sudah begitu adanya ditambah lagi pertanyaan “kapan
nikah?” apa ngak mencak-mencak? Heuheu…
sumber gambar: image.google.com |
Siapapun yang hendak ingin menanyakan “kapan nikah?” buat teman
kantor, keluarga atau kawan sejawatnya maka perlulah memperhatikan hal yang
baik bagi dia. Jangan gara-gara pertanyaan ini muncul lantas membikin hubungan
menjadi tidak baik. Setiap orang memiliki jalan hidupnnya masing-masing. Kapan dia
mau menikah dan dengan siapa dia akan menikah itu akan tetap menjadi
rahasianya. Bukankah Jodoh, rezeki dan kematian adalah rahasia sang pencipta? Kita
bisa saja berencana tapi Tuhan tentu tahu apa yang baik buat kita?
Demikian saja! yuk bersapa di twitterku
Follow @vanroem ^_^
0 comments:
Post a Comment