25.12.11


Berikut saya sajikan video diary peserta Sekolah Remaja Aceh 2011.Film ini merupakan hasil kerja kawan-kawan kelompok pertama.







Habis Terang Terbitlah Gelap

(Plesetan/kebalikan dari karya R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang)

Sam meraba perut, ia lapar. Jam sudah menunjukkan pukul 13.20, saatnya makan siang. Sembunyi-sembunyi, wajahnya mulai cemberut menatap dosennya yang masih saja bersemangat mengajar. Lalu sekonyong-konyong wajah masamnya itu segera sirna ketika ia sadar bahwa hari itu tanggal muda, tanggal 3 desember yang menandakan isi dompet yang bakal  menebal. Sesaat kemudian bel berbunyi, kuliah yang membosankan itu selesai. Sam meninggalkan kampus dan langsung  menuju ATM. Sesampai di ATM, tidak melenceng dari dugaannya, ia baru saja mendapat kiriman bulanan dari Ayah. Ia menarik sejumlah uang.

Dalam perjalanan pulang Sam membayangkan rencana-rencana indah sambil tersenyum sumringah. Ia pun berfoya-foya setelah melewati hari-hari keras yang mengharuskannya “berpuasa” dan berhemat ketat selama hampir seminggu terakhir. Kini kantong kembali basah. Ia mulai makan enak seperti sate matang, KFC, duduk di burger sama pacar, jadwal ngopi semakin ditambah, nongkrong di kafe-kafe yang ber-wifi. Sekali sempat terlintas dalam pikirannya bahwa terlalu royal dan boros akan  mengharuskannya  mengulangi hal yang sama. Namun masalah itu dientengkannya; seolah tak akan ada soal.

Beberapa hari terlewati. Sam masih senang-senang melewati hari-hari. Bergembira dan tak kenal hemat. Hingga pertengahan bulan, ia mulai sedikit risih. Awan gelap mulai membayangi. Saat-saat itu akan kembali terulang. Kira-kira tanggal 20 ke atas, jelas itu terjadi. Krisis melanda. Di warung kopi ia mulai tak ceria. Pikirannya bekerja dan bertanya pada siapa ia bisa meminta pinjam uang. Saat sekarat seperti itulah, terkadang ia sengaja bangun jam 12 siang biar jatah makan pagi bisa digabung dengan makan siang. Hitung-hitung hemat. Odol di rumah pun mulai minim. Setiap mau sikat gigi, ia remas erat-erat odol close up namun yang keluar hanya sedikit hingga ia terpaksa memotong dua lalu menyoleknya dengan sikat gigi. Rokok pun harus dihemat-hematkannya. Tidak jarang rokok malam disisa separuh untuk pagi. Di warung kopi, karena anggaran yang menipis, pengemis datang pun seolah-olah malaikat maut. Melihat tukang parkir kini ibarat melihat algojo.

Untuk makan, Sam tidak mampu lagi ke kafe dan memesan nasi soto ayam seperti di kala awal bulan. Kompor yang sudah lama non-aktif, kini dinyalakan kembali. Wajah Sam lusuh, tak ceria. Ia mulai memasak. Bukan daging, bukan pula ikan untuk menu. Tapi intel, Indomie Telor, makanan akhir bulan. Ia kembali menerapkan rumus hemat tingkat tinggi. Berkali-kali Sam menghitung jam demi jam yang terlewati. Sambil menerawang langit-langit dapur, ia bertanya dalam hati,

“Kapan ya tanggal muda datang lagi?”



Sekolah Remaja adalah aktivitas guru informal keliling bersama fasilitator komunitas lokal untuk memfasilitasi remaja mengenali isu global dan belajar memproduksi media kampanye bersama dengan remaja lain se Indonesia. Di setiap lokasi komunitas, Sekolah remaja akan memfasilitasi minimal 1 media kampanye partisipatif berbasis tulisan, audio visual dan internet. Produk kampanye ini kemudian akan di distribusikan secara online melalui situs Jalan Remaja dan Google earth. Sekolah Remaja akan berkeliling di 8 Komunitas dalam 12 Bulan.


0 comments: