3.12.11

TV Eng Ong kembali hadir di tengah masyarakat desa di Aceh selama enam hari terhitung sejak Jumat (16/9) hingga Rabu (21/9). Kali ini pentas penutur Aceh modern itu berkeliling ke enam desa di Kabupaten Aceh Besar dengan tayangan bertema peran perempuan di Aceh setelah perdamaian.


Keenam desa tersebut yakni Desa Terbeuh di Jantho pada Jumat (16/9), Desa Lambaroe Seubun di Lampuuk pada Sabtu (17/9), Desa Krueng Lam Kareung di Indrapuri pada Minggu (18/9), Desa Jruek Bak Kreh di Indrapuri pada Senin (19/9), Desa Lamlueng di Indrapuri pada Selasa (20/9) dan Desa Lamreh di Siem pada Rabu (21/9).


Pada pentas yang disutradarai Akmal M Roem itu menghadirkan penutur Ampon Wig (Rasyidin), Cut Po Ramlah (Hanum Indria), Agus Bombom (Agus Rifandi) dan Syeh Mop-mop (Fuadi).Begitu TV Eng Ong diputar, Ampon Wig memulai pentas seni tutur Aceh modern tersebut dengan menceritakan sebuah dongeng tentang konflik yang terjadi dalam sebuah keluarga. Akibat dari pertikaian antara suami dan istri sehingga anaknya tidak bisa mendapatkan hak-haknya yang semestinya dinikmati dengan damai.

Di penghujung cerita, karena pertikaian pasangan suami-istri tersebut tak kunjung berakhir, mereka menumui perangkat tuha peut di gampongnya. "Baru setelah suami-istri berkonsultasi dengan perangkat tuha peut akhirnya pertikaian tersebut bisa terselesaikan dengan bijaksana," sebut Ampon Wig.

Pada cerita yang kedua, Ampon Wig tampil bersama Cut Po Ramlah yang baru saja menyelesaikan studi doktor di Belanda. Meski sebagai seorang perempuan desa, Cut Po Ramlah tidak mau tertinggal untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. 

Di sela-sela Ampon Wig dan Cut Po Ramlah bercerita, reporter Agus Bombom terjun ke tengah penonton yang sedang menyaksikan TV Eng Ong untuk mewawancarai sejumlah penonton.

Kemudian pentas TV Eng Ong yang terselenggara berkat kerjasama Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Aceh dan UN Women dengan Episentrum Ulee Kareng itu diakhiri dengan pembacaan hikayat Aceh yang diiringi gesekan dawai biola oleh Fuadi sebagai Syeh Mop-mop.



Fokus pementasan kali ini adalah tentang perdamian dan perempuan. TV Eng Ong secara terbuka mengkampanyekan kondisi perempuan sebelum dan sesudah konflik di Aceh. Hal tersebut diikuti oleh diskusi tentang peran perempuan dalam menjaga perdamaian dan peran serta perempuan dalam pembangunan Aceh pascakonflik.


Kegiatan ini berusaha menterjemahkan secara sederhana kepada masyarakat tentang peran perempuan dalam masyarakat secara umum untuk menjaga perdamaian Aceh. Dari kegiatan ini diharapkan masyarakat bisa lebih meningkatkan kontribusi perempuan dalam penyelesaian konflik. Hal mana yang tertuang dalam SCR 1325 yang disahkan oleh Dewan Keamanan PBB pada 31 Oktober 2000 ini disampaikan secara humorik dan interaktif. []

0 comments: