Beberapa minggu terakhir ini, sepertinya semua mahasiswa PPG
pasca SM3T Angkatan ke II Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sedang rajin-rajinnya bangun
pagi-pagi sekali supaya segera bisa ke sekolah. Ya, sudah mulai aktif PPL makanya begitu. Kalau saja tidak bangun pagi maka sudah barang tentu telat. Di sekolah pun aktivitasnya bisa sangat seru sekali sehingga
pulangnya sudah benar-benar sore. Banyak yang tak sempat tidur siang, banyak
yang telat makan, berpanas dengan macet kota Surabaya dan sebagainya itu masih seru sekali.
Pun demikian, seseru apapun pula tak sedikit yang menulisan soal
keluhan mereka itu sebagai status Blackberry Massanger mereka. Keluhan paling klise adalah,
“duh, eR Pe Pe laghi…” heuheu.. rasanya memang hampir setiap hari harus
menyelesaikan perangkat pembelajaran agar bisa memberikan materi yang baik
untuk anak didik. Kenapa baru buat? Ya kan guru bikin rencana baru bisa mengajar. Jangan asal ngajar. Nah! Begitulah kemudian keseruan yang sudah dialami hingga hari ini sampai besok dan seterusnya hingga ujung semester ini.
Seru dan menyenangkan menjadi calon guru yang profesional. Dalam kesibukan tertentu
juga harus benar-benar bisa mengatur waktu dengan baik. Kalau tidak, bisa saja bernasib tidak baik seperti salah satu teman kami yang sudah sempat menuju rumah sakit karena terserang tipus. Tapi tentu tidak
akan lama. Katanya bosan dengan perawatnya. hehehe.
Di sela kesibukan PPL, semua mahasiswa PPG
juga sempat mengikuti Kursus Mahir tingkat Dasar Pembina Pramuka. Yeay! kami jadi pembina pramuka dong! Ya, karena
kurikulum 2013 telah mewajibkan seluruh sekolah menyelenggarakan kepramukaan,
maka kami pun harus menjadi pembina pramuka. Acara sepekan yang berjalan seru
itu berakhir di sebuah bukit dingin daerah Bumi Perkemahan Mahanaim, Pasuruan, Jawa Timur. Malam penutupan pun berlajan khidmat karena
sejumlah penampilan kelompok yang sangat menghibur. Api unggun menyala bagus
sewaktu acara dan mati tepat ketika semua sudah terlelap.
Sepekan berselang, setelah KMD itu, semua peserta PPG sibuk
menyiapkan Pentas Seni (Pensi) yang kemudian menjadi hal paling seru sepanjang
Agustus ini. Lepas merayakan ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke 69,
Pentas seni yang bertajuk Gayatri: Gelar Karya Putra Putri PPG Unesa ini seakan hendak mengusung semangat menyatukan Indonesia dari ujung barat Indonesia hingga ke
Timur!
Malam itu angin sedikit kencang. Suasana
dingin tak menghilangkan sedikit pun semangat kami untuk melanjutkan kegiatan
“senang-senang” ini. Pentas dibuka oleh MC yang menggunakan busana Rama dan
Sinta. Dua MC kocak ini pun ikut di temani oleh seorang tokoh yang berperan sebagai
Anoman. Panggung besar dengan dekorasi sederhana tampak menjadi seperti
pentas rakyat kerajaan. Sebagian kelompok penampilan kemudian ikut diberi nama sebagai
kadipaten. Sekedar info bahwa kadipaten atau Praja adalah sebuah istilah yang
merujuk kepada suatu wilayah di lingkungan sebuah kerajaan, keraton atau kesultanan.
Pertunjukan dibuka oleh kadipaten Aceh
Sumatera yang menampilkan Tari Ranup Lampuan. Tarian Aceh yang dibawakan oleh
penari perempuan asli Aceh ini membuat suasana malam mulai hangat. Kemudian dilanjutkan
oleh kelompok musik ensemble nusantara dari jurusan PGSD Unesa. Pilihan lagu yang
mantap membuat ‘rakyat’ yang menyaksikan penampilan ini larut dalam hening lagu
nasional dan lagu daerah.
Kadipaten Sulawesi ambil bagian dengan tarian
tradisi yang sudah mendapat sentuhan modern menambah semaraknya acara. Pun tak
kalah menariknya instalasi puisi “Di Penghujung Asa” karya Neni Mei Susanti
yang disutradarai oleh Azhari MS seolah membakar suasana malam. Puisi bernuansa
kritikan terhadap pendidikan ini dibacakan oleh delapan pembaca puisi yang juga
nyambi jadi properti pertunjukan. Sedikit iklan, saya ikut membaca di akhir puisi. Hehehehe.
Lanjutkan!
Saat Tarian Dayak dari Kadipaten Kalimantan
dipentaskan, malam mulai larut. Tapi penonton tak surut semangat untuk terus
menatap ke panggung hingga kemudian dilanjutkan oleh paduan suara dari kelompok
kelas guru Bimbingan Konseling. Di sela paduan suara itu ada puisi yang
berjudul “Sahabat Tercinta” dibacakan dengan penuh penghayatan.
Jurusan Bahasa Inggris menampilkan sebuah
drama tari yang sangat unik. Drama musikal yang berjudul “Dream of the World"
ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang sedang tertidur pulas hingga ia
bermimpi tentang sekian banyak tarian yang bisa dia bawakan. Menjelang akhir
pementasan, mereka mampu menyedot penonton untuk ikut menarikannya. Bahkan,
direktur PPG Unesa, Ibu Prof. Dr. Lutfiah Nurlaela ikut
bergoyang bersama mereka!
Operet jurusan Sejarah adalah salah satu yang
ditunggu oleh penonton. Sejarah dengan jeli mengajak penonton untuk masuk
ke dalam kocaknya perang antara tokoh fiksi yang diciptakan oleh Indonesia dan
Jepang. Gelak tawa pecah seketika melihat Naruto berkelahi dengan gaya “rileks”
melawan Wiro Sableng. Peperangan tokoh fiksi ini kemudian didamaikan dengan
pembacaan proklamasi oleh tokoh yang berperan sebagai Bung Karno. Lepas
pembacaan teks Proklamasi, semua pemain serentak menirukan salah satu tarian yang ada di
film India yang berjudul Rab Ne Bana Di Jodi. Sontak semua penonton tertawa terbahak-bahak. Ikut goyang dari awal lagu hingga akhir!
Suasana kembali dibikin
hangat dengan musik yang ditampilkan oleh jurusan Pendidikan Kewarganegaraan.
Mereka membawakan lagu “Biarlah” punya Nidji band yang juga diikuti dengan pembacaan
puisi. Penampilan spesial ini dipersembahkan untuk mahasiswa PGSD yang baru selesai mengikuti ujian
kelulusan. Puisi dan musik yang manis. Iklan lagi… saya di sini bantu mainin
drum. Yeay! Jadi drummer mendadak! I love you all…
Setelah panampilan musik,
pertunjukan dilanjutkan dengan drama dari jurusan Georgafi. Drama yang mengangkat tema
sosial dari beberapa pulau di Indonesia ini juga sangat menarik untuk
disaksikan. Cerita tsunami Aceh, kisah masyrakat Kalimantan, tari Kecak Bali hingga tradisi Indonesia Timur dikemas dengan aksi
panggung yang memukau.
Kadipaten Bali menampilkan
sebuah pertunjukan yang magis. Aroma dupa merebak sepanjang pertunjukan tarian
yang diiringi dengan pukulan-pukulan gamelan dan alat musik yang dibuat dari
bambu (sekedar informasi, bambu ini diperoleh dari hasil KMD Pramuka lho..
hehehe.. *dijitak Bli-bli dari Bali*).
Selanjutnya adalah drama
satir dari jurusan Ekonomi yang kembali mengangkat cerita rakyat
berjudul “Timun Mas” yang kemudian diberi judul “Arong si Anak Terong”. Dan euh,
kata sutradaranya, drama ini dikait-kaitkan dengan kehidupan masyarakat
sakarang. Makanya sempat keluar kata “cabe-cabean dan terong-terongan!” mengerikan!
Tarian Ja’I dari kadipaten
Nusa Tenggara Timur menegaskan bahwa acara ini dibikin oleh sekumpulan muda-mudi
dari Indonesia yang selama di PPG bisa
berinteraksi dengan baik meski berlatar belakang kebudayaan dan agama yang
berbeda. Satu tanah air Indonesia!
Setelah itu, kolaborasi musik
dan atraksi olahraga dipertontonkan oleh jurusan Penjas. Mereka yang menamakan
diri Band Jas Mayor dan atraksi berbagai cabang olahraga ini seolah segera kembali membakar
suasana agar tak dihadang dingin malam. Ya, malam memang sudah semakin larut
saja.
Nah, akhirnya penampilan yang
konon kata MC adalah penampilan yang ditunggu-tunggu pun muncul di atas panggung.
Tapi aku harap tidak seperti itu. Karena semua pertunjukan memang merupakan
penampilan yang sangat ditunggu oleh penonton. Ngomong apa iki mas? Lalu apa apa
penampilannya? Ya, sederhana saja. Akhirnya semua pertunjukan ini ditutup oleh
penampilan musik yang bandnya diberi nama The Hina band. Sungguh hina! Ah,
iklan lagi… di band ini saya terduga bermain melodi. Hinaaa men!
Penampilan The Hina
benar-benar membakar semangat! Semua penonton merapat ke panggung, bernyanyi
bersama, lompat bersama, foto bersama kemudian menjadi akhir dari segala urusan
yang berkaitan dengan pertunjukan Gayatri ini.
Malam hangat yang sebenarnya
dibikin untuk perpisahan bersama para pengajar atau peserta PPG dari PGSD yang
baru saja menyelesaikan kegiatan mereka selama di PPG. Ya, sebenarnya itu acara
utamanya. Tapi yang namanya perpisahan selalu identik dengan tangis dan
haru-haru lainnya. Tapi tidak malam itu. Kami, seperti sebuah lagu di iklan
televisi, jreeeng.. mulai... "Dari Banda Aceh sampai tanah Papua kita semua bersaudara” tak akan pernah mengenal kata berpisah. Ya,
kalaulah pisah di lahirnya tak mungkin bisa pisah di hati. Begitulah kami
menyebutnya.
Mungkin tak ada isak tangis
malam itu. Sekalipun ada duka yang terpendam. Kalau ada sedih-sedihnya saya
rasa tak mungkin seorang Rektor Universitas Negeri Surabaya yang baru terpilih
mau membagi waktu hingga akhir pertunjukan. Ini adalah malam bahagia. Bisa
membuat Prof. Dr. Warsono dan Prof. Dr. Lutfiah Nurlaela tak pulang
hingga acara selesai adalah salah satu kebahagiaan yang dinikmati oleh panitia
acara semalam penuh itu.
Tak hanya pertunjukan di panggung, di halaman gedung PPG ada berbagai jenis reptil ikut memeriahkan kegiatan ini. Mereka yang berkumpul dalam kelompok reptil Surabaya ini sengaja datang untuk mensosialisasikan bahwa reptil adalah teman yang baik. Tak semua reptil menakutkan. Lihat nanti ada foto Prof. Luthfiah dengan ular yang besar! duh!
Gayatri memang ajang membunuh penat yang membuncah selama
ini. Tapi akhirnya kebahagiaan istimewa jelas terlihat pada peserta yang mengikuti kegiatan
ini. Dari awal persiapan hingga akhirnya membungkus barang untuk dibawa pulang
lagi. Semoga ini selalu menjadi kenangan baik agar kelak kita sadar bahwa
dengan senang-senang Indonesia bisa bersatu. Dengan nyanyi dan berpuisi
Indonesia bisa saling menghargai. Kami adalah guru yang akan mengajarkan betapa
besar dan indahnya negara ini dengan kemajemukan dan perbedaan yang harus
selalu dihormati.
Kawan-kawan,
Lihatlah foto yang diambil oleh Heri Azolla Sp yang malam itu selain main teater juga jadi photographer
paling ahli sejagad Indonesia Raya malam itu saja! Kalau cerita di atas kurang
menarik, silakan lihat foto bagus-bagus di bawah ini:
1 comments:
bikin iri saja... UNESA memang mantap..!! Two thumbs up 4 u guys..
If I were there, I will be very happy :-)
Post a Comment