(perempuan dalam selimut merah)
malam berisyarat duka
saat angin melukis pedih tentang
kepergian mereka mengantar tangis
bagi perempuan dalam selimut merah itu
fajar pagi berbisik rindu
pada pelongsong yang jatuh
mengetarkan langkah mereka
sesaat tersebar kabar
pada bibir tak berkatup
dan berteriak
untuk perempuan berselimut merah itu
siang membelai matahari
saat sajak bayangan
menjadi nyata
menggarut tanah untuk kekasih
perempuan berselimut merah itu
senja tak lagi meraja,
kabut membalut binar surya
saat penantian tak pernah menjadi nyata
malam telah lelap
pagi telah meraja
siang telah melukis rindu
senja.murung.
................tik....
dalam duka mengharap dia kembali
kaksih yang tak sempat dikafani
telah dipeluk tanah
bulan setengah bercahaya
menjadi saksi sebuah tanda tangan berkata janji damai
kini, janji itu masih belum ada yang mengingkari
aku harap jangan ada!
jika benar-benar mereka tak lagi membuat aku tiarap melengkup ditanah, tubuh rapuh di injak sepatu perang, tangan terikat, bedil menodong kepalaku
aku tau, saat itu aku dipeluk kedamaian tanah tempatku lahir
dan janji yang mereka buat jauh di negri sana dapat aku percaya
tapi,
aku tak mengharap keperawananku kembali
aku tak mengharap kekasihku pulang kembali
aku takut harapan itu menjadi sebuah sirine pertanda perang kembai membelah tubuh dan jiwa yang masih tersisa
hanya,
jangan kau ambil selimut merah ini.
Ulee Kareng 2006
0 comments:
Post a Comment