7.5.07

sajandd.jpg>>> AKMAL MR
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Kepada Emak Niffa

Di -

Kampung Sunyi


Emak, sekarang aku mulai beranjak dewasa. Miwa yang berkata itu. Saat ini Agam sungguh sangat ingin melihat wajah Mak. Semenjak emak pergi sepi dan selalu sunyi yang Agam rasa. Mak, Agam sudah dipindahkan ke kelas yang baru di sekolah yang lain juga. Miwa bilang aku suda naik kelas. Namun tak ada lagi tempat ku di sekolah dulu. Kini aku sudah punya sekolah baru dan perlengkapan sekolah baru yang Miwa dan Pak Cek yang membelikannya untukku.


Maaf, bukan aku tak lagi memakai baju yang Mak beli dulu. Mak, sekolah ku sekarang sudah sangat beda. Memang baju masih putih sama seperti yang emak belikan dulu. Akan tetapi celana ku tak lagi merah, sekarang aku pakai celana biru pekat agak hitam, kata oarang-orang warna itu namanya biru dongker.

Mak, engkau berada dimana sekarang???

Pernah sekali aku bertanya pada Miwa. Dia selalu berusaha membuat ku tak lagi bertanya tentang emak. Hingga ku putuskan untuk tak bertanya lagi karena memang tak pernah ku temu jawabnya. Mak, aku setiap pagi kedai kopi Cek Wan. Aku membantu Miwa mengantarkan kue yang dia buat setiap malam. Setiba aku disana pasti orang-orang meliahat aku dengan mata yang kejam. Banyak diantara mereka berucap nama Niffa saat melihat aku tiba di kedai itu. Bukankah Niffa itu nama Mak? Mungkin benar, sebab mata mereka merah bengis menatapku. Tapi dalam ucap mereka Niffa tak seperti mak yang lembut, penyayang, dan tak pernah melihat senjata. Pernah Nyak Maneh bercerita padaku sedikit tentang emak dulu. Tapi kini Nyak Maneh sudah tidak ada lagi. Malam itu ada sepuluh orang datang kerumahnya. Lalu aku melihat dia di bawa ke hutan. Setelah itu aku tak pernah mendengar lagi kabar tentangnya.

Mak tau? Racau mereka, mak punya bedil, Mak musuh tentara, Mak sudah bisa membunuh dengan tangan Mak. Benarkah itu Mak? Ah,... mak aku tak percaya! Tapi ingatanku mulai resah saat mereka sering berkata tentang itu. Maka aku tulis ini untuk mak.

Mak, apa yang engkau lakukan sekarang dan dimana engkau sekarang???

Agam sangat rindu pada Mak. Malam itu Agam tertidur di Jambo blang. Agam tak pergi mengaji seperti suruh Miwa. Agam tidak pergi karena saat itu hujan. Agam tunggu hujan reda hingga agam ketiduran.

Mak, masih ingatkah kau saat dulu kau bisik waktu ku tidur? Tentang kehidupanku saat dewasa nanti, tentang kau ingin bertualang bersama abah. Saat kau rindu memelukku. Saat aku di Jambo itu, bisikan itu seakan kembali berdengung di telingaku, maka aku lelap karena aku begitu merindukanmu.


Mak, apakah kau temukan abah?

Kenapa tak pernah ada kabar tentang itu? Aku begitu rindu wajah abah, aku ingin ia membawakan aku mainan bedil.


Mak, aku akan tetus giat sekolah untuk mendapatkan hadiah itu saat abah pulang nanti...

Aku ingin menerusi cita-cita mu yang pernah kau ucap tentang harap, padaku dulu!

Mak, akan ku jadikan cita-citamu itu menjadi sebuah kenyataan yang memungkinkanmu bahagia melihat keberhasilanku.

Tamat sekolah nanti. Agam akan pergi ke Banda dengan Pak Cek. Agam akan segera menjadi seorang tentara sperti yang mak bilang sebelum ayah pergi ke hutan lalu tidak kembali pulang hingga waktu itu mak menyusul. Sekarang mak juga tak pulang.

Mak, jika ucap orang-orang di kedai itu benar. Masih kah kau mau aku menjadi seorang tentara? Aku harus bagaimana?

Mak, jika kau pulang nanti, ceritakan padaku tentang kepergianmu selama ini. Karena kerinduanku sudah aku catat semua di buku yang Miwa beli untukku pakai disekolah. Namun, saat aku sekolah tidak satupun yang aku tulis ketika ibu dan bapak guru mendikte. Aku hanya sibuk sendiri, aku menulis rasa hati ini untu emak. Apa emak marah padaku?

Mak, sudah lima tahun kau pergi! Akan tetapi kampung ini seakan telah melupakan tentangmu. Mereka hanya mengenalmu sebagai pembunuh. Aku tak bisa menggambar rupamu. Namun, siapa yang membunuh Yah Wa yang menjadi penghianat di kampung kita aku masih mengingatnya. Aku lihat dia memakai cadar putih, rambutnya reikat dibelakang dan dia memagang bedil yang besar. Matanya hampir sama dengan matamu. Maaf mak, tapi memang hanya mata dan rupamu yang saat ini masih aku ingat. Mengapa aku bilang hanya mata yang aku ingat pada si pembunuh Yah Wa itu... mak tau? Cadarnya menutupi seluruh wajahnya. Yang nampak hanya kedua matanya. Rambutnya terlihat terikat karena angin menghempas penutup kepalanya saat dia menarik tubuh Yah Wa dengan kawanya ke dalam hutan.

Aku tidak tahu jelasnya kemana mereka pergi. Tapi entah kenapa dia tidak membunuhku, padahal saat dia mencoba menembak Yah Wa, aku melihatnya dan dia juga lama memperhatikan aku.

Saat teringat kata orang-orang di kedai kopi itu, aku menjadi kuat dan tidak takut lagi. Karena aku pikir yang membunuh Yah Wa itu adalah emak. Maaf!!!

Mak, buat aku bahagia sedikit saja! Mak, walau tidak engkau balas satupun suratku. Tapi aku sangat berharap kau mau membalasnya. Mungkin aku akan tau kabar emak dan abah. Tinggalkan saja di belakan meunasah seperti yang selama ini aku buat untukmu. aku juga tidak tahu apakah surat ini sampai kepadamu. tapi, aku telah menempatkan surat ini dimana yang engkau suruh saat kau pergi. bukankah emak bilang begitu padaku dulu. saat aku melihat untuk kesekian kalinya, kotak kecil dari papan dibawah pohon limau itu selalu kosong, dan suratku hilang!

terima kasih jika emak yang membacanya!


Salam,..


Agam Nurdin-Niffa

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Lam U, 14 Februari 2007


Akmal MR, lahir pada 26 Feb 1987 di Lam U, Aceh Besar. Mandan Komandan Brigade PII Aceh Besar ini sekarang aktif di Teater Gemasastrin Unsyiah.

1 comments:

Sepucuk Surat Buat Emak « sungaisunyi said...

[...] Sepucuk Surat Buat Emak Mei 7, 2007 Posted by aamovi in Uncategorized. trackback Sepucuk Surat Buat Emak « sungaisunyi [...]